Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Chatib Basri sekaligus eks Menteri Keuangan (Menkeu) mengatakan bantuan langsung tunai (BLT) merupakan cara yang paling ampuh menangani dampak corona virus disease 2019 (Coivid-19) terhadap perekonomian.
Chatib menyampaikan, skema BLT penting untuk memperkuat sisi demand melalui konsumsi masyarakat, ini lebih penting dari pada sisi supply.
Sebab, menurutnya meski dunia usaha diberikan bermacam stimulus, namun tanpa ada kepastian daya beli masyarakat rasanya akan percuma.
Adapun sejauh ini pemerintah telah menggelontorkan BLT dalam bentuk bentuk uang tunai baik untuk masyarakat miskin maupun menengah dalam perlindungan sosial dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Baca Juga: Ekonomi Masuk Jurang Resesi, Gelombang PHK Makin Menjadi
Misalnya, BLT dana desa, pra kerja, dan bansos non-Jabodetabek dengan alokasi dana sekitar Rp 84,2 triliun.
Di sisi lain, pemerintah juga mengeluarkan program susulan dalam PEN berupa BLT subsidi gaji karyawan dengan anggaran Rp 37,7 triliun. Selain itu ada pula, bansos produktif untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berupa cash transfer dengan pagu senilai Rp 21 triliun.
Chatib menilai pemerintah belum optimal menyokong daya beli masyarakat di kelas menengah, terutama yang berada di sektor informal. Dia bilang masalahnya adalah data.
Tetapi, data ini bisa diperkaya dan memiliki validitas yang tinggi jika pemerintah melibatkan sektor swasta, seperti marketplace atau e-commerce. Chatib juga menambahkan, lewat kartu pra kerja pemerintah sebetulnya dapat memetakan penerima BLT selanjutnya.
“Di kartu pra kerja keliatan, ada peserta yang berhenti di tengah jalan karena merasa materinya tidak berguna, artinya mereka butuh pelatihan. Tapi, ada peserta yang tetap bertahan sampai akhir pelatihan meski terlepas dari materinya. Berarti mereka yang masih bertahan itu butuh uangnya saja dari pra kerja. Ini data mereka bisa dimanfaatkan,” kata Chatib Basri dalam Dialog Bincang APBN 2021, Selasa (13/10).
Baca Juga: Marak PHK Massal, Butuh Perkuat Bantuan Sosial
Lebih lanjut, Chatib Basri bilang BLT kepada masyarakat menengah dan bawah sangat penting untuk menghambat laju penyebaran virus Covid-19. Sebab, bagi masyarakat kelas ekonomi tersebut, mau tidak mau harus keluar rumah untuk mencari uang.
Dus itu malah meningkatkan mobilitas masyarakat di tengah kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). “Ada korelasinya ternyata memang berdasarkan survey kenaikan mobilitas sejalan dengan kenaikan penyebaran virus. Makanya dengan BLT setidaknya mereka bisa di rumah sesaat,” ujar Chatib Basri.
Kendati demikian, Chatib Basri mengatakan pemerintah tentunya punya keterbatasan fiskal. Meski pemerintah sudah menaikkan ambang batas defisit anggaran di atas 3%, tapi pemerintah tetap harus menjaga rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) di bawah 60%.
Baca Juga: Peran BI dinilai bisa pengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam omnibus law sektor keuangan
Adapun dalam rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 pemerintah mematok defisit anggaran mencapai 5,7% terhadap PDB dengan ratio utang terhadap PDB mencapai 41,09%. Postur ini seiring dengan perkiraan penerimaan negara yang masih loyo, sementara belanja negara membengkak sejalan dengan pemulihan ekonomi.
Kata Chatib, konsolidasi fiskal pemerintah yang berani memperlebar defisit anggaran sudah cukup tepat, hanya perlu dikelola tetap dalam rambu-rambu kehati-hatian, Jadi tidak ada salahnya pemerintah utang selama penggunaanya produktif.
Namun, perlu diperhatikan pembiayaan utang harus diperhitungkan dengan jelas dan tetap kredibel. Chatib bilang burden sharing pemerintah dan Bank Indonesia (BI) layak dijalankan di tahun depan dengan catatan bunga yang diberikan masih relevan dengan bunga yang berlaku di pasar. “Yang penting jangan sampai zero coupon bond,” kata Chatib Basri.
“Tahun 2000 rasio utang terhadap PDB bisa sampai di atas 100%, tapi dengan disiplin fiskal pemerintah kala itu bisa menurunkannya hingga sekitar 24% di tahun 2004,” ujar Chatib.
Selanjutnya: Chatib Basri: Orang tak bisa berdiam di rumah, jika ekonomi semakin memburuk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News