Reporter: Irma Yani, Ruisa Khoiriyah | Editor: Edy Can
JAKARTA. Aliran dana panas (hot money) yang belakangan ini membanjiri pasar keuangan kita membuat cadangan devisa terus meningkat. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Bank Indonesia (BI) pun memprediksi, cadangan devisa bisa menembus US$ 100 miliar hingga akhir tahun ini.
Akhir Oktober 2010 lalu, cadangan devisa kita telah menembus US$ 91,7 miliar. Ini cadangan devisa tertinggi dalam sejarah RI. Jika kita bandingkan dengan bulan sebelumnya, cadangan devisa bertambah US$ 5,2 miliar dalam satu bulan saja. Dus, bila dihitung sejak akhir 2009 di mana cadangan devisa US$ 66,1 miliar, maka sepanjang tahun ini cadangan devisa bertambah US$ 25,6 miliar (39%).
Ke depan, "Cadangan devisa bisa mencapai US$ 100 miliar, tetapi tergantung aliran modal yang masuk," kata Direktur Perencanaan Ekonomi Makro Bappenas Bambang Prijambodo, Senin (8/11).
Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo memperkirakan, cadangan devisa sebesar US$ 100 miliar itu bisa tercapai di akhir tahun ini.
Pasalnya, tren serbuan dana asing kemungkinan besar berlanjut. Pemicunya adalah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve mengguyur likuiditas US$ 600 miliar ke pasar. Langkah AS ini akan membuat dollar AS melemah, sehingga mendorong dana-dana panas dunia keluar dari AS dan menyerbu pasar emerging market, termasuk Indonesia.
Tren kenaikan harga komoditas juga akan mendongkrak perolehan ekspor Indonesia dan cadangan devisa kita. Penarikan utang luar negeri yang biasanya gencar di akhir tahun juga bakal menambah cadangan devisa.
Yang harus dicatat, penambahan cadangan devisa tersebut banyak disokong oleh arus dana jangka pendek. "Itu bukan karena prestasi ekspor. Sebab devisa ekspor, banyak terparkir di luar negeri," cetus pengamat pasar valas Farial Anwar. Alhasil, jika terjadi arus balik dana panas tersebut, maka dengan cepat pula cadangan devisa kita bisa menyusut. Mengingat cadangan devisa kita lebih rendah ketimbang banyak negeri lain, maka kekuatan cadangan devisa kita terhadap gejolak pasar juga lebih terbatas.
Selain itu, lantaran banyak ditopang dana jangka pendek yang berbunga mahal, menurut Ekonom Danareksa Purbaya Yudhi Sadewa, ongkos memupuk cadangan devisa sebesar US$ 91,7 miliar itu menjadi kelewat besar.
Meski akhir tahun ini bisa menembus US$ 100 miliar, namun menurut Bambang, cadangan devisa akan kembali turun di awal 2011. Pasalnya, arus capital inflow diperkirakan akan melambat. "Secara normal pada awal 2011 saya perkirakan cadangan devisa kita akan turun menjadi US$ 80 miliar," kata Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News