kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.489   45,00   0,29%
  • IDX 7.736   0,93   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,35   -0,03%
  • LQ45 958   -0,50   -0,05%
  • ISSI 233   0,21   0,09%
  • IDX30 492   -0,18   -0,04%
  • IDXHIDIV20 591   0,64   0,11%
  • IDX80 137   0,04   0,03%
  • IDXV30 143   0,27   0,19%
  • IDXQ30 164   0,00   0,00%

Cadangan Devisa Diproyeksikan Turun Tipis pada Februari 2024, Ini Pemicunya


Selasa, 05 Maret 2024 / 18:24 WIB
Cadangan Devisa Diproyeksikan Turun Tipis pada Februari 2024, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Suasana aktifitas bongkar muat di Makassar New Port (MNP), Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (26/1/2023). Cadangan Devisa Diproyeksikan Turun Tipis di Februari 2024, Begini Perkiraan Sepanjang Tahun


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Cadangan devisa (Cadev) Indonesia diproyeksikan mengalami pelemahan pada Februari 2024, hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor salah satunya potensi penurunan trade surplus terhadap permintaan global.

Asal tahu saja, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada Januari 2024 sebesar US$ 145,1 miliar atau turun 0,87% dibanding Desember 2023 yang sebesar US$ 146,38 miliar, di mana dipengaruhi jatuh tempo utang luar negeri pemerintah.

Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengatakan cadangan devisa diproyeksikan masih akan mengalami penurunan tipis di Februari 2024 ke kisaran US$ 142 miliar hingga US$ 144 miliar.

Baca Juga: Intip Prediksi Rupiah di Perdagangan Awal Pekan, Senin (4/3)

“Ini didorong oleh potensi penurunan trade surplus akibat pelemahan demand global,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (5/3). 

Riefky mengungkapkan, meski begitu sepanjang tahun ini cadangan devisa diperkirakan kembali di kisaran US$ 150 miliar hingga US$ 155 miliar. Menurutnya, ini akan didorong oleh prospek beberapa komoditas seperti crude palm oil (CPO).

Lebih lanjut, Riefky menuturkan, pergerakan nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp 15.500 – Rp 15.700  per dolar AS pada Februari 2024. Sementara itu, sepanjang tahun ini nilai tukar rupiah diproyeksikan berada di level Rp 15.000 – Rp 15.000.

Ekonom Bank Pertama Josua Pardede menjelaskan cadangan devisa diperkirakan cenderung melemah terbatas pada Februari 2024, di tengah aliran dana masuk (inflow) pada pasar keuangan.

Baca Juga: Neraca Dagang Surplus, Pergerakan Rupiah Lebih Dipengaruhi Oleh Aliran Modal Asing

“Secara net, inflow di pasar saham dan obligasi tercatat sebesar US$ 345 juta. Net inflow di pasar saham tercatat sebesar US$ 646 juta sementara di pasar obligasi, investor asing mencatatkan outflow sebesar US$ 302 juta,” katanya kepada KONTAN. 

Josua menerangkan, penurunan cadangan devisa pada Februari 2024 didorong oleh jatuh temponya salah satu obligasi valas, RI0224 pada pertengahan Februari. Di mana total nilai obligasi ini tercatat sebesar US$ 474 juta.

Dari sisi perdagangan, lanjut dia, diperkirakan surplus akan cenderung turun akibat tren kenaikan harga minyak global, sementara harga batu bara cenderung mengalami penurunan.

“Kami perkirakan cadangan devisa pada Februari 2024 akan turun terbatas sebesar US$ 0,5 miliar - US$ 1 miliar ke level US$ 144 miliar – US$ 145 miliar,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyampaikan pada Februari kemarin cadangan devisa tampak on balance tipis. Meski demikian, masih ada potensi kenaikan sebab adanya surplus pada sisi ekspor.

“Terus juga inflow dana asing terutama dari equity itu masih kuat year to date (Ytd) itu sekitar Rp 17 triliun walaupun dari sisi obligasi pemerintah kecenderungannya keluar sekitar Rp 8 triliun,” ujarnya.

David menyebut, faktor lain yang mempengaruhi cadangan devisa pada Februari lalu di mana pasar masih menunggu kapan dan berapa besar The Fed akan menurunkan suku bunga tahun ini.

“Ekspektasinya mulai pertengahan tahun bisa saja ada penurunan suku bunga walaupun memang datanya dinamis sekali setiap hari bisa berubah,” kata dia.

Baca Juga: Jokowi: OJK Harus Terus Memperkuat Inklusi dan Literasi Keuangan

Menurut David, pada Februari lalu tidak ada penerbitan obligasi pemerintah (valas), namun minat asing terhadap instrumen aset rupiah masih relatif baik seperti instrumen deposit valas.

“(Proyeksi sepanjang tahun) kemungkinan masih ada peningkatan, apalagi kalau The Fed mulai mengurangi suku bunga yaitu positif buat mata uang margin market termasuk kumungkinan kenaikan Cadev kita ke depan. Kisarannya mungkin US$ 145 miliar – US$ 150,” terangnya.

Lebih lanjut, David menambahkan, pergerakan nilai tukar rupiah cenderung stabil, meski pada Februari ada tekanan yang disebabkan oleh out flow dari pasar obligasi yang cukup lumayan besar dan masih dinamis di pasar.

Baca Juga: Berotot Pekan Ini, Simak Prediksi Rupiah Pekan Depan

“Jadi keluar data misalnya Amerika inflasinya cenderung naik itu langsung dollar-nya menguat kita perhatikan akhir-akhir ini, jadi masih sangat tergantung data-data yang keluar dari Amerika,” sebutnya. 

David memperkirakan, nilai tukar rupiah di Februari berada di kisaran Rp 15.600 – Rp 15.800 per dolar AS. Sampai akhir tahun diproyeksikan nilainya berada di level Rp 15.500 - Rp 16.000 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×