Reporter: Martina Prianti | Editor: Djumyati P.
CIREBON. Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini belum berdampak negatif pada pertumbuhan ekspor. Bahkan sampai Desember 2009 ekspor sudah berada di angka US$ 10 miliar. “Kita belum melihat dampak negatif penguatan rupiah terhadap ekspor termasuk pada Agustus ini,” ucap Rusman Heriawan, Kepala BPS, Jumat (20/8).
Menurutnya, yang perlu dipahami ekspor jika dilihat year on year (yoy) dan perkembangan ekspor per tiap bulan semakin melandai. “Melandai disini karena sudah siklus tahunan. Bulan-bulan sekarang siklus ekspor memang sedang landai,” terang Rusman.
Resesi paling dalam dialami oleh ekspor Indonesia kata Rusman, terjadi pada semester II/2008 sampai semester I 2009. Sedangkan pada semester II/2009 sampai Desember 2009 ekspor sudah menembus USD10 miliar. “Sekarang seperti apapun bagusnya kinerja ekspor kita, hasilnya tetap melandai,” lanjutnya.
Ditanya tentang surplus trade balance yang mulai tergerus, Rusman mengaku hal itu terjadi hanya karena faktor musiman. Sedangkan untuk tren jangka panjang masih akan fluktuatif. Tugas pemerintah kata Rusman menjaga surplus berapa pun besarannya. “Yang perlu diperhatikan juga impor. Kalau impor banyak untuk bahan baku dan barang modal kita tidak usah risau karena akan menciptakan lapangan kerja,” urai Rusman.
Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Perekonomian juga melihat kinerja ekspor Indonesia sejauh ini belum terpengaruh negatif akibat penguatan rupiah. Menurut Hatta, balance of payment masih positif dan uang yang masuk (capital inflow) juga meningkat. “Itu menunjukkan internasional masih percaya pada Indonesia,” katanya.
Diakui Hatta, kinerja ekspor pada 2010 memang tidak sebaik tahun sebelumnya. Namun pada tahun ini Hatta mengatakan, barang modal yang masuk banyak disalurkan untuk pembangunan jaringan listrik. “Menurut saya kinerja ekspor kita masih baik-baik saja, jadi jangan terlalu khawatir,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News