Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
Suhariyanto juga mengatakan bahwa capaian ini jauh lebih bagus dari periode Januari - April 2019 yang mengalami defisit US$ 2,3 miliar. Apalagi, bila memperhatikan adanya wabah Covid-19 yang masih menghantam perekonomian negara.
"Tteapi tetap yang harus kita waspadai penurunan impor bahan baku dan juga penurunan impor barang modal. Karena ini bisa berdampak buruk ke industri, perdagangan, dan investasi," tambah Suhariyanto.
Baca Juga: Ekonom: Neraca dagang Indonesia masih akan Surplus pada April 2020
Lebih lanjut, Indonesia juga masih mencatat surplus dengan beberapa negara dalam periode Januari 2020 - April 2020, di antaranya Amerika Serikat (AS) yang surplus US$ 3,6 miliar, India suprlus US$ 2,3 miliar, dan Belanda surplus US$ 757 juta.
Akan tetapi, Indonesia juga mencatat defisit perdagangan dengan beberapa negara, antara lain Thailand yang sebesar US$ 1,2 miliar, China sebesar US$ 4,48 miliar, dan Australia sebesar US$ 754 juta.
"Capaian-capain tersebut dipengaruhi oleh perekonomian negara yang tidak pasti dan bahkan banyak perekonomian yang melambat bahkan kontraksi, serta perlambatan inflasi yang menunjukkan penurunan daya beli sehingga harga-harga komoditas juga mengalami penurunan yang cukup dalam. Itu yang mewarnai performa neraca dagang Indonesia selama April 2020 dan selama Januari 2020 - April 2020," tandas Suhariyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News