kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BPS menilai penurunan impor bukan indikasi pelemahan ekonomi


Senin, 24 Juni 2019 / 19:20 WIB
BPS menilai penurunan impor bukan indikasi pelemahan ekonomi


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Mei 2019 surplus US$ 207,6 juta. Surplus tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor mencapai 12,42% dibanding bulan sebelumnya (mom). sementara itu impor turun 5,62% mom. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor pada bulan Mei 2019 sebesar US$ 14,53 miliar. Secara bulanan maupun tahunan, hampir semua jenis barang impor mengalami penurunan kecuali barang konsumsi yang justru naik 5,62% mom. Meski begitu, BPS menilai penurunan impor bukan indikasi pelemahan ekonomi.

Peningkatan impor barang konsumsi tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah untuk mengimpor bawang putih untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, bahan baku/penolong mengalami penurunan 7,82% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan impor bahan baku terjadi pada komoditas mobile phone tanpa baterai, emas batangan dan gula mentah dan kapas. 

Barang modal juga mengalami penurunan 1,76% dibanding bulan sebelumnya. Nominal impor barang modal pada bulan Mei 2019 tercatat sebesar US$ 2,33 miliar. BPS melaporkan penurunan terjadi pada truk dan mesin berat. 

Adapun penurunan mesin dan peralatan listrik mencapai US$ 158,5 juta dari bulan sebelumnya. Angka tersebut menunjukkan penurunan paling besar secara bulanan. Selanjutnya diikuti oleh penurunan besi dan baja sebesar US$ 109,5 juta sera mesin/pesawat mekanik yang turun US$ 85,1 juta. 

Dengan penurunan impor pada bahan baku dan barang modal, dikhawatirkan kegiatan industri akan terdampak. Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengatakan penurunan impor dapat menekan industri, sebab penurunan impor bahan baku bisa berdampak pada penurunan produksi. 

"Kalau komponen impor turun dan ada substitusinya dalam negeri itu baik, kalau tidak sektor manufaktur akan mengalami pelemahan karena bahan baku menurun," ujar Sri Mulyani, Jumat (21/6). 

Berkebalikan dengan Sri Mulyani, Suhariyanto justru melihat penurunan impor bukan sebagai indikasi pelemahan ekonomi. Pasalnya, dia melihat pertumbuhan industri kuartal satu lalu masih cukup baik. Pada kuartal I-2019 tercatat industri tumbuh 3,86%. Dengan modal tersebut dia berharap pada kuartal dua ini pertumbuhan industri bisa semakin baik.  

Selain itu, Suhariyanto menambahkan konsumsi rumah tangga masih cukup bagus. "Saya tidak melihat indikasi pelemahan ekonomi. Triwulan dua barang konsumsi masih naik, konsumsi rumah tangga saya yakin bagus dengan inflasi yang terkendali," imbuh dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×