kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BPS: Daya beli petani nasional naik 0,29% di Juli


Kamis, 01 Agustus 2019 / 15:35 WIB
BPS: Daya beli petani nasional naik 0,29% di Juli


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat daya beli petani (NTP) nasional naik 0,29% (MoM), yaitu dari 102,33 menjadi 102,63 pada Juli.

Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan kenaikan NTP Juli 2019 disebabkan karena kenaikan indeks harga yang diterima petani (lt) lebih besar dari indeks harga barang yang dibayarkan petani (lb). Perbandingan kenaikan lt dan lb adalah sebesar 0,70% : 0,40%.

"Yang dominan untuk menaikkan indeks harga petani adalah kenaikan harga gabah dan juga kacang tanah. Lalu ada holtikultura dan juga kenaikan harga cabai merah yang tentunya menguntungkan produsen," tambah Suhariyanto dalam konferensi pers laporan BPS pada Kamis (1/8) di Jakarta.

Baca Juga: Survei: Konsumen lebih mengutamakan keselamatan dan kenyamanan moda transportasi

Kenaikan ini juga dipengaruhi oleh naiknya NTP Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,36%, Subsektor Holtikultura sebesar 0,61%, dan Subsektor Peternakan yang sebesar 0,67%.

Kenaikan NTP untuk tanaman pangan disebabkan oleh kenaikan lt sebesar 0,86% yang lebih besar dibanding kenaikan lb yang sebesar 0,50%. Kenaikan lt pada bulan Juli 2019 ini dipengaruhi oleh padi sebesar 1,42. Sementara kelompok palawija seperti jagung dan ubi jalar malah turun sebesar 0,34%.

Kenaikan NTP di subsektor holtikultura disebabkan oleh kenaikan lt sebesar 1,02% yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan lb yang hanya sebesar 0,40%. Kenaikan lt disebabkan oleh naiknya harga berbagai komoditas di seluruh subsektor holtikultura.

Baca Juga: BPS: Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,88%

Cabe merah dan cabe rawit disebut sektor yang mendominasi kenaikan lt, yaitu naik sebesar 1,80%. Di buah-buahan juga naik, khususnya komoditas salak dan mangga sebesar 0,54%, lalu ada juga kelompok tanaman obat seperti temulawak dan jahe yang naik 0,12%

Lalu kenaikan NTP di subsektor peternakan dipengaruhi oleh lt yang mengalami kenaikan sebesar 0,99%. Kenaikan ini lebih tinggi daripada kenaikan lb sebesar 0,31%.

Kenaikan lt di subsektor peternakan dikontribusi oleh kelompok ternak besar sebesar 1,49%, kelompok ternak kecil sebesar 1,83%, dan kelompok hasil ternak sebesar 0,02%.

Sementara kelompok unggas malah mengalami penurunan sebesar 0,74%."Kenaikan di subsektor ini dipengaruhi oleh peternakan sapi potong dan kambing," jelas Suhariyanto.

Baca Juga: Harga cabai rawit makin pedas, inflasi Juli naik tipis

Sementara itu, ada dua subsektor yang mengalami penurunan, yaitu NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,40% dan Subsektor Perikanan yang sebesar 0,32%.

Penurunan NTP Tanaman Perkebunan Rakyat terjadi karena lt turun sebesar 0,01% dan lb naik 0,39%. Hal ini disebabkan oleh turunnya komoditas seperti cengkeh dan kelapa.

Baca Juga: Inilah daftar kota dengan laju inflasi tertinggi Juli 2019

Lalu turunnya NTP Subsektor perikanan disebabkan karena lt yang turun sebesar 0,03% dan lb yang naik 0,29%. Hal ini disebabkan turunnya harga komoditas di perikanan budidaya, khususnya ikan nila dan ikan mas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×