kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

BPS Catat Beras Sumbang Deflasi pada September 2025


Senin, 06 Oktober 2025 / 15:25 WIB
BPS Catat Beras Sumbang Deflasi pada September 2025
ILUSTRASI. Pekerja menakar beras pesanan pelanggan di kios beras kawasan Pesanggrahan, Jakarta, Kamis (12/6/2025).(KONTAN/Carolus Agus Waluyo). BPS melaporkan bahwa beras menjadi salah satu komoditas yang menyumbang deflasi pada periode September 2025.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti melaporkan bahwa beras menjadi salah satu komoditas yang menyumbang deflasi pada periode September 2025.

Amalia menjelaskan, deflasi beras ini merupakan capaian yang positif pasalnya pada bulan-bulan sebelumnya terus menyumbang inflasi.

“Komoditas beras menjadi salah satu peredam inflasi September 2025, di mana di bulan September beras mengalami deflasi. Dan ini merupakan pencapaian baik karena bulan-bulan sebelumnya beras selalu mengalami inflasi,” ujarnya saat rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah 2025, Senin (6/10).

Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.583 Per Dolar AS Hari Ini (6/10), Seluruh Asia Turun

Amalia mengungkapkan, deflasi beras pada September 2025 merupakan kedua kalinya yang terjadi sepanjang tahun 2025, di mana dalam catatannya hal serupa pernah terjadi pada bulan April.

Dia menyebutkan, deflasi beras paling banyak terjadi di wilayah Aceh sebesar 5,06% sementara inflasi beras tertinggi terjadi di Papua Selatan mencapai 0,94% secara month to month (mtm).

Meski beras tak masuk dalam jajaran komoditas penyumbang inflasi, Amalia menuturkan, pihaknya mencatat harga beras masuk kepada level tinggi dengan indeks perkembangan harga di level rendah.

“Yang perlu kita catat sama-sama adalah level harga untuk beras dan minyak goreng masih dalam level harga yang tinggi, karena sekali lagi yang dibayar oleh konsumen adalah level harga bukan inflasi,” tandasnya.

Baca Juga: Daftar di Maganghub.kemnaker.go.id, 451 Perusahaan Siap Terima Pemagang

Selanjutnya: Pemerintahan Trump Siap PHK Massal Pegawai Federal Jika Negosiasi Anggaran Macet

Menarik Dibaca: 10 Penekan Nafsu Makan Alami yang Bantu Turunkan Berat Badan Anda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×