kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bos BI Sebut Perekonomian Dunia Tengah Menuju Stagflasi


Rabu, 10 Agustus 2022 / 11:50 WIB
Bos BI Sebut Perekonomian Dunia Tengah Menuju Stagflasi
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers terkait hasil rapat berkala KSSK tahun 2022 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (1/8/2022). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi global yang masih berada dalam ketidakpastian. Bahkan membuat ekonomi nasional bisa lebih terancam.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, Saat ini  ekonomi dunia sedang bergejolak, bahkan menurun menuju stagflasi atau resesi di berbagai negara. Stagflasi sendiri ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat, statis disertai dengan kenaikan harga (inflasi).

“Ekonomi dunia sedang bergejolak, ekonomi dunia sedang menurun menuju stagflasi atau sedang mengalami resesi di berbagai negara,” tutur Perry dalam agenda Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, Rabu (10/8).

Perry menyebut, kondisi buruk tersebut diakibatkan oleh sejumlah faktor. Diantaranya dampak dari pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai hingga saat ini, sehingga mengganggu rantai pasok.

Baca Juga: Gubernur BI Ingin Inflasi Pangan Bisa Ditekan hingga 5%

Faktor lain, konflik Rusia dan Ukraina yang turut menyumbang kenaikan inflasi akibat terpangkasnya distribusi energi hingga pangan.

“Harga-harga sangat tinggi, harga energi, harga minyak, dan pangan melambung tinggi di seluruh dunia dan juga suku bunga di berbagai negara maju naik sangat tinggi. Dunia sedang bergejolak belum lagi geopolitik perang Rusia dan Ukraina,” jelasnya.

Rusia dan Ukraina merupakan salah satu pemasok tertinggi energi dan pangan global  yang mencapai 20%. Itulah mengapa harga-harga pangan dan energi global naik tinggi ketika kedua negara tersebut bersitegang terutama dengan adanya sanksi larangan ekspor.

“Inilah yang kita hadapi dunia sedang bergejolak. Tidak menyerang langsung tapi kita kena dampaknya,” kata Perry.

Untuk itu, Perry mengatakan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan sangat penting dilakukan, agar perekonomian Indonesia berkembang lebih maju. Selain itu, harga-harga pangan  juga bisa terkendali dan masyarakat bisa sejahtera.

Baca Juga: Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Dorong Konsumsi Masyarakat

BI bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga akan berkolaborasi untuk menekan laju inflasi pangan melalui operasi pasar salah satunya melalui program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan.

Hal ini mengingat inflasi pangan pada Juli tahun ini sempat berada di level 10,32%. Inflasi tersebut merupakan inflasi pangan tertinggi selama tahun berjalan 2022. Perry juga berharap inflasi pangan bisa ditekan di level 6% bahkan hingga 5%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×