kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Bos BI: Peningkatan GWM Tak Akan Menyedot Likuiditas Perbankan Secara Signifikan


Rabu, 02 Februari 2022 / 11:10 WIB
Bos BI: Peningkatan GWM Tak Akan Menyedot Likuiditas Perbankan Secara Signifikan
ILUSTRASI. BI akan memulai normalisasi kebijakan likuiditas yang dilakukan dengan peningkatan giro wajib minimum (GWM).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan memulai normalisasi kebijakan likuiditas yang dilakukan dengan peningkatan giro wajib minimum (GWM) baik bank umum konvensional maupun syariah. 

Dengan adanya kebijakan ini, Gubernur BI Perry Warjiyo mengakui akan mengurangi likuiditas di perbankan. Namun, dia mengimbau perbankan tetap tak ragu menyalurkan kredit dan berpartisipasi dalam pemulihan ekonomi. 

“Kami berharap perbankan mulai menyesuaikan dengan manajemen likuiditas dan tetap menyalurkan kredit dan berpartisipasi dalam pembelian SBN untuk pembayaran APBN,” tutur Perry dalam konferensi pers KSSK, Rabu (2/2). 

Baca Juga: Surplus Operasional Bank Indonesia 2021 Menyusut

Perry juga memastikan, meski likuiditas perbankan berkurang, likuiditas masih akan sangat besar bahkan bila dibandingkan dengan periode pra Covid-19. Dia mengilustrasikan, ini terlihat dari alat likuid terhadap dana pihak ketiga atau AL/DPK yang saat ini sebesar 35%. Sedangkan AL/DPK terbesar pada sebelum Covid-19 mentok di 21%. 

Dengan adanya peningkatan GWM, Perry memperkirakan AL/DPK perbankan di akhir 2022 akan sebesar 30%. Meski memang lebih rendah dari posisi akhir 2021, tetapi ini masih jauh lebih tinggi dari pra Covid-19. 

Baca Juga: Gubernur BI Yakin Investasi Akan Dorong Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Dengan likuiditas yang masih jumbo, Perry berharap perbankan tetap menyalurkan kredit dan membantu pembiayaan APBN agar proses pemulihan ekonomi berjalan lebih maksimal. 

“Jadi ini sekali lagi mengapa kenaikan GWM tidak akan membuat likuiditas berkurang banget. Bahkan, kembali ke normal aja enggak karena AL/DPK masih berlebih,” tandasnya. 

Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Diperkirakan Terus Berlanjut di Tahun 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×