kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   -5.000   -0,33%
  • USD/IDR 15.874   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.418   34,96   0,47%
  • KOMPAS100 1.128   7,76   0,69%
  • LQ45 884   7,91   0,90%
  • ISSI 225   0,35   0,16%
  • IDX30 453   5,22   1,17%
  • IDXHIDIV20 542   5,86   1,09%
  • IDX80 128   1,10   0,86%
  • IDXV30 131   1,23   0,94%
  • IDXQ30 150   1,23   0,83%

BI Ungkap 5 Tantangan Global yang Patut Diwaspadai di Era Trump


Jumat, 29 November 2024 / 21:34 WIB
BI Ungkap 5 Tantangan Global yang Patut Diwaspadai di Era Trump
Bank Indonesia (BI) mengkhawatirkan kondisi perekonomian global bakal memanas imbas Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengkhawatirkan kondisi perekonomian global bakal memanas imbas Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS)  pada pemilu 2024.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut, kebijakan Trump yang lebih mementingkan keuntungan negaranya, seperti tarif perdagangan yang  tinggi akan mempengaruhi rantai pasok global.

“Terpilihnya kembali Presiden Trump di Amerika Serikat. Dengan kebijakan America First, dapat membawa perubahan pesat pada lanskap geopolitik dan perekonomian dunia,” tutur Perry dalam agenda Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Jumat (29/11).

Baca Juga: BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Berpotensi Meredup Imbas Kebijakan Trump

Adapun BI merangkum terdapat lima tantangan perekonomian yang patut diwaspadai:

1. Slower & divergent growth

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat, bahkan prospek ekonomi pada 2026 dan 2025 akan meredup, salah satunya Eropa dan China. Namun perekonomian Amerika Serikat dan China diperkirakan membaik, pun dengan Indonesia dan India yang juga diperkirakan membaik.

BI memproyeksikan ekonomi Indonesia akan mencapai 4,8% hingga 5,6% pada 2025, dan 4,9% hingga 5,7% pada 2026.

2. Reemergence of inflation pressure

Penurunan inflasi global akan melambat, bahkan berisiko naik pada 2026. Hal ini terjadi karena adanya gangguan rantai pasok global.

Baca Juga: Rupiah Masih Bergerak Fluktuatif, Ekonom Beberkan Biang Keroknya

3. Ketidakpastian suku bunga The Fed

Perry memperkirakan arah kebijakan bunga The Fed bakal menurun, menjadi lebih rendah, namun yield US treasury akan naik tinggi menjadi 4,7% pada tahun 2025 dan 5% di 2026.

4. Penguatan mata uang dolar A alias strong dollar

Perry menyampaikan, indeks dolar Amerika menguat dari 101 ke 107. Kondisi tersebut akan memukul stabilitas nilai tukar, sehingga menyebabkan depresiasi nilai tukar di seluruh dunia termasuk nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Menilik Prospek Kinerja Emiten Sejuta Umat dan Rekomendasi Analis

5.Anggapan investor asing lebih tertarik ke Amerika Serikat

Menurut Perry, persepsi tersebut akan menyebabkan modal asing kabnya keluar dari negara berkembang dan kembali ke AS lantaran tingginya suku bunga dan kuatnya dolar AS.

Selanjutnya: SEOJK Produk Asuransi Kesehatan Bakal Dirilis, Ini Respons Generali Indonesia

Menarik Dibaca: GATF 2024, Promo Harga Tiket Pesawat Garuda dari Jakarta ke Jepang PP Rp 5,5 Juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×