Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia membeberkan sejumlah tantangan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK). Mulai dari tantangan global hingga risiko perubahan iklim.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyampaikan, tantangan menjaga SSK pertama yakni dampak dari perekonomian global. Seperti siklus keuangan global yang mulai longgar, perlu dimanfaatkan untuk mendorong pembiayaan dalam negeri.
“Karena di tahun-tahun ke depan tentunya kebutuhan akan pembiayaan ekonomi semakin berkembang,” tutur Juda dalam agenda Peluncuran Kajian Stabilitas Keuangan (KSK), Selasa (2/10).
Tantangan global lainnya yakni, dinamika perekonomian dan keuangan yang berkembang begitu cepat, termasuk adanya risiko geopolitik. Hal ini dikhawatirkan akan berimplikasi pada perekonomian dalam negeri.
Tantangan kedua adalah risiko operasional dari digitalisasi keuangan. Misalnya saja ancaman siber yang semakin marak terjadi, dengan intensitas dan kompleksitas yang meningkat. Pun dengan meningkatnya fraud, yang merusak reputasi dan kepercayaan masyarakat. Serta risiko operasional dari layanan penyedia teknologi kritikal.
Baca Juga: BI Luncurkan Aplikasi Kalkulator Hijau, Bantu Perbankan Hingga Industri Hitung Emisi
Juda menambahkan, risiko fraud ini bisa menimbulkan risiko pencurian identitas, transaksi palsu, manipulasi data, dan judi online. Ini akan yang merusak reputasi dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dalam negeri.
“Oleh sebab itu Bank Indonesia bersama dengan industri sekarang ini memperkuat fraud detection system. Sistem deteksi terhadap terjadinya fraud, untuk bersama-sama mendeteksi dan mencegah terjadinya fraud itu,” jelasnya.
Risiko ketiga adalah terkait perubahan iklim. Juda menyampaikan, risiko perubahan iklim terus mengarah pada risiko transisi yang semakin nyata. Misalnya penurunan nilai aset berbasis energi fosil, ataupun kesulitan dalam pendanaan akibat aktivitas bisnis yang bersifat brown.
“Bahwa risiko iklim ini menduduki peringkat kedua dalam jangka waktu 2 tahun ke depan. Dan menduduki peringkat pertama sebagai resiko terbesar dalam 10 tahun ke depan. Oleh karena itu penting bagi sektor keuangan untuk mengintegrasikan risiko perubahan iklim dalam proses bisnis,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News