kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI: Suplai valas tersokong domestik


Selasa, 06 Desember 2016 / 18:58 WIB
BI: Suplai valas tersokong domestik


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) menyebabkan arus modal asing keluar dari pasar keuangan domestik (capital outflow). Namun demikian, Bank Indonesia (BI) menyebut, likuiditas valas di pasar keuangan domestik masih aman.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, selama November 2016, besaran capital outflow mencapai Rp 30 triliun dan besaran capital outlow Januari-November 2016 sekitar Rp 105 triliun. Namun, menurutnya, kondisi likuiditas valas di pasar keuangan saat ini masih lebih baik dibanding tahun 2013 saat The Fed melakukan tappering pada 2013 silam.

Sebab, meski ada capital outflow, investor domestik justru menyuplai valas. "Suplai valas surplus karena domestik. Pada Oktober dan November walaupun terjadi reversal pasar valas, kita nett suplai. Berbeda dengan 2013 ketika shortage valas kita sangat besar," kata Juda, Selasa (6/12).

Lanjut Juda, suplai valas dari domestik karena saat ini permintaan valas dari korporasi berkurang setelah BI mengeluarkan aturan yang mewajibkan penggunaan rupiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sebelum kewajiban tersebut berlaku, kata Juda, permintaan valas untuk transaksi di dalam negeri mencapai US$ 8 miliar setiap bulan. Sementara saat ini, permintaan valas untuk transaksi di dalam negeri hanya sekitar US$ 1 miliar-US$ 1,5 miliar.

Selain itu, suplai valas tersebut juga didorong oleh rencana repatriasi dari program amnesti pajak yang masuk pada November dan Desember tahun ini. Hal tersebut menambah suplai valas sehingga investor punya ekspektasi bahwa rupiah akan mengalami penguatan.

Tak hanya itu, suplai valas yang besar tersebut, kata Juda, juga berasal dari perbaikan ekspor karena harga komoditas yang membaik dalam dua hingga tiga bulan terakhir yang tercatat tumbuh 18%. Perbaikan ekspor tersebut juga dikatakannya terjadi pada ekspor secara riil, yang tampak dari ekspor manufaktur tumbuh 7%-8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×