Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mewaspadai nilai tukar rupiah yang diprediksi masih akan melemah tahun depan. Hal ini melihat kondisi nilai tukar mata uang Amerika Serikat yang semakin kuat.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah saat ini mencapai Rp12.347 yang meningkat dari hari sebelumnya sebesar Rp 12.352. Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menilai pelemahan mata uang rupiah disebabkan dua faktor, yaitu pengaruh nilai tukar AS dan defisit neraca perdagangan.
Untuk nilai tukar AS yang menguat, Agus Marto mengatakan hal ini dikarenakan pertumbuhan Amerika Serikat yang mengalami titik cerah. Sedangkan untuk neraca perdagangan, meskipun mengalami surplus dibanding sebelumnya, namun ekspor barang Indonesia di kuartal III menurun dibanding kuartal II.
BI menyatakan bahwa neraca perdagangan di Indonesia di tahun mendatang diharap meningkat atau surplus. Karena melihat transaksi berjalan di sepanjang kuartal I hingga kuartal III tahun 2014, besaran transaksi berjalan masih defisit sebesar US$ 6,836 juta. “Diupayakan surplus, dan ini dikawal supaya ada perbaikan,” ujar Agus Marto di Jakarta (9/12).
Lebih lanjut untuk peningkatan ekspor dibanding impor, pemerintah sangat berperan dalam perbaikan infrastruktur. Karena dengan perbaikan infrastruktur, maka ekspor barang Indonesia bisa berkembang.
Selain itu, untuk memperbaiki nilai rupiah yang melemah, BI juga mengambil tindakan menaikkan BI Rate yang saat ini sebesar 7,75%. Diakui Agus Marto, hal ini dilakukan untuk menjaga stabilisasi rupiah dan cadangan devisa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News