Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat arus modal asing yang masuk (capital inflow) ke pasar keuangan dalam negeri sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu (year to date) mencapai Rp 137 triliun. Jumlah itu lebih tinggi dibanding capital inflow sepanjang 2016 yang sebesar Rp 126 triliun.
Hal tersebut, salah satunya lantaran risiko investasi Indonesia yang tercermin pada risiko gagal bayar alias credit default swap (CDS) obligasi pemerintah menurun. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, CDS Indonesia saat ini berada di kisaran 94, jauh lebih rendah dibanding awal tahun yang berada di level 157.
"Kan artinya di bawah 100. Kalau kita bandingkan awal tahun 2017 itu CDS di kisaran 157, jadi menunjukan bahwa risiko Indonesia semakin dapat diterima dan ini bagus untuk kesiapan Indonesia masuk di 2018," kata Agus, akhir pekan lalu.
Padahal, lanjut Agus, di saat yang sama terdapat sejumlah ketidakpastian eksternal. Misalnya, munculnya risiko penutupan pemerintahan (government shutdown) anggaran pemerintahan Donald Trump, disetujuinya rencana kebijakan pajak Donald Trump, hingga negosiasi Brexit dengan isu perbatasan Irlandia dan Irlandia Utara.
"Hal-hal seperti ini tetap terjadi. Tetapi secara umum dampaknya kepada Indonesia, tetap terjaga. Indikator menunjukan pemulihan. Aliran masuk dana ke Indonesia tetap baik," tambahnya.
Agus juga mengatakan, jika ada arus modal asing yang keluar (capital outlflow), hal itu diperkirakan bersifat temporer. Mengingat di akhir tahun biasanya melakukan aksil ambil untung (profit taking) terkait kebutuhan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi mengatakan, sejak mendapatkan peringkat layak investasi, ditambah dengan peringkat layak investasi dari Standard and Poor's (S&P) di tahun ini, CDS Indonesia semakin menurun. Meski sejumlah risiko masih ada, Eric memperkirakan investor masih optimis terhadap Indonesia.
"Sehingga mungkin CDS (di tahun depan) tidak naik banyak atau tidak banyak berubah," kata Eric. Apalagi, jika Indonesia kembali mendapatkan kenaikan peringkat dari lembaga pemeringkat surat utang internasional.
Meski begitu, menurutnya stabilitas politik tahun depan harus tetap dijaga. Demikian juga dengan stabilitas makroekonomi dalam negeri.
Eric juga memperkirakan, capital inflow masih akan terjadi di akhir tahun ini hingga tahun depan. Walaupun kenaikannya tidak terlalu besar. Hal itu dipengaruhi pula oleh stablilitas politik di dalam engeri menjelang tahun politik, yaitu pemilihan presiden (Pilpres) di tahun 2019 mendatang.
"Misalnya, apakah ada perubahan kebijakan yang signifikan. Karena market menyukai adanya kepastian, itu akan jadi pengaruhnya," imbuh Eric.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News