kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI Ramal The Fed Kerek Suku Bunga Kebijakan 4 Kali pada 2022


Kamis, 10 Februari 2022 / 17:14 WIB
BI Ramal The Fed Kerek Suku Bunga Kebijakan 4 Kali pada 2022
ILUSTRASI. Federal Reserve Board Chairman Jerome Powell. BI Ramal The Fed Kerek Suku Bunga Kebijakan 4 Kali pada 2022.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) meramal, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan mengerek suku bunga kebijakannya 4 kali pada tahun ini. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, peningkatan suku bunga kebijakan oleh The Fed ini akan dimulai pada akhir kuartal I-2022, atau lebih tepatnya pada Maret 2022. 

“Kami perkirakan peningkatan masing-masing 25 basis poin (bps). Atau pada Maret 2022 bisa sih di 50 bps, kemudian naik lagi di Juni 2022, dan naik lagi di September 2022,” ujar Perry, Kamis (10/2) via video conference. 

Baca Juga: BI Optimistis Inflasi pada 2022 Ada dalam Kisaran Sasaran

Tentu perubahan normalisasi kebijakan moneter dari The Fed ini akan membawa dampak pada Indonesia. Bahkan, saat ini pun dampaknya sudah terlihat. 

Perlu bilang, salah satunya, dampak dari kenaikan imbal hasil (yield) dari surat utang pemerintah AS atau US Treasury dan bahkan menuju hingga 1,9%. Ini kemudian akan memengaruhi peningkatan yield Surat Berharga Negara (SBN). 

Selain itu, ada juga dampaknya ke aliran modal asing khususnya ke SBN, meski aliran portofolio ke saham masih berlanjut menimbang kondisi ekonomi yang makin membaik.

Baca Juga: BI Akan Menaikkan Suku Bunga Acuan Bila Hal Ini Terjadi

Kemudian, dampaknya juga terlihat dari pergerakan nilai tukar rupiah. Dengan kondisi normalisasi kebijakan The Fed dan ditambah dengan ketidakpastian global lainnya berpotensi menggoyang rupiah. 

Akan tetapi, Perry yakin dampaknya ke Indonesia akan lebih terbatas, atau setidaknya tidak separah pada tahun 2013 lalu saat taper tantrum terjadi.  “Ini seiring dengan fundamental ekonomi Indonesia yang lebih kuat dan pemulihan ekonomi yang masih terus berjalan,” tandas Perry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×