Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat bahwa perekonomian global pada tahun ini akan mengalami perbaikan, setelah melalui fase yang penuh tantangan pada tahun 2019. Bank sentral memproyeksikan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa mencapai hingga 5,5%.
"Perekonomian tidak ramah dan memperlihatkan adanya anti globalisasi," terang Gubernur BI Perry Warjiyo pada Senin (27/1) dalam rapat bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta.
Baca Juga: Para ekonom yakin lembaga rating selain Fitch akan pertahankan peringkat Indonesia
Pada tahun ini, Perry melihat ekonomi dunia mampu mencapai 3,2%. Hal ini didorong oleh kesepakatan dagang fase I antara Amerika Serikat (AS) dan China serta adanya langkah pemulihan ekonomi di berbagai negara.
Di tengah penurunan ekonomi global pada tahun lalu, BI melihat bahwa ekonom Indonesia masih mengalami perbaikan. Bahkan, BI optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa berada di kisaran 5,1% - 5,5% yang terutama ditopang oleh permintaan domestik dan investasi bangunan.
Baca Juga: Manajer investasi optimistis kinerja reksadana saham akan membaik
Hal ini didukung oleh ketahanan eksternal yang terjaga serta neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang berada di kisaran 2,7% dari PDB pada tahun 2019 dan berpotensi menyempit hingga 2,5% dari PDB pada tahun ini. Selain itu, ini didukung juga oleh rupiah yang menguat.
Perry juga memaparkan terkait inflasi pada tahun 2019 yang tercatat sebesar 2,72% atau yang tercatat terendah dalam dua dekade.
Meski begitu, perkembangan ini didapuk menunjukkan bahwa inflasi dalam lima tahun terakhir masih konsisten berada dalam kisaran sasaran.
Inflasi yang terkendali ini juga dipengaruhi oleh perbaikan struktural seperti ekspektasi inflasi yang makin besar dan bercokol pada saran inflasi, pengaruh nilai tukar rupiah, serta harga impor yang menurun.
Baca Juga: Virus corona turut membebani gerak IHSG
Selain itu, dipengaruhi juga oleh berkurangnya kenaikan inflasi volatile food dan inflasi administered prices kepada inflasi inti.
Untuk selanjutnya, BI mengungkapkan bahwa BI akan tetap menjaga pertumbuhan dan memperkuat ekonomi ke depan. BI pun akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan lembaga terkait.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News