kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI pertahankan suku bunga acuan untuk menjaga daya tarik di pasar keuangan


Kamis, 17 Januari 2019 / 16:04 WIB
BI pertahankan suku bunga acuan untuk menjaga daya tarik di pasar keuangan


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan untuk menjaga daya tarik di pasar keuangan. Hal ini sejalan dengan kebijakan makro perekononian Indonesia. 

Hasil RDG BI menetapkan BI 7-day reverse repo rate pada level 6% dan mempertahankan suku bunga acuan deposit facility sebesar 5,22% serta suku bunga lending facility 6,75%, sejalan dengan kebijakan makro ekonomi Indonesia. Selain itu, keputusan RDG ini juga sebagai respon atas perkembangan perekonomian dunia yang mulai melambat akibat perang dagang.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya meyakini, tingkat suku bunga kebijakan yang diputuskan saat ini masih konsisten untuk menekan defisit transaksi berjalan ke batas aman. Kemudian, upaya mempertahankan suku bunga juga dalam rangka menjaga daya tarik di pasar keuangan.

"Kami melihat pertumbuhan dunia melandai disertai ketidakpastian pasar keuangan yang mulai mereda," ujar Perry, Kamis (17/1).

Perry melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada tahun ini diproyeksikan melambat karena pasar tenaga kerja yang kian ketat dan dukungan fiskal yang terbatas.

Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi Uni Eropa, yang juga diperkirakan turut melambat. Kondisi ini akan memengaruhi kecematan normalisasi kebijakan moneter Bank Sentra Eropa (ECB).

Setali tiga uang, ekonomi China juga sudah memperlihatkan perlambatan pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi melemahnya konsumsi dan ekspor neto sebagai dampak ketegangan hubungan dagang dengan AS dan proses deleveraging yang masih berlanjut. 

Kendati demikian, kondisi dalam negeri diperkirakan tetap kuat ditopang permintaan domestik. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi 2019 dikisaran 5-5,4%. Konsumsi swasta diperkirakan tetap baik seiring terjaganya daya beli dan keyakinan konsumen serta dampak persiapan pemilu. Sedangkan belanja pemerintah ditopang belanja barang dan bantuan sosial.  

Meskipun neraca dagang Desember 2018 menunjukkan defisit US$ 1,1 miliar, aliran modal asing kembali terjadi per Desember 2018 sebesar US$ 1,9 miliar dan berlanjut hingga Januari 2019. 

Ke depan, BI terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah guna memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk pengendalian defisit transaksi berjalan pada 2019 menuju kisaran 2,5% dari PDB.

 

Posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2018 cukup tinggi sebesar US$ 120,7 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar toga bulan impor.

Rupiah pada Desember 2018 secara rerata menguat sebesar 1,16%, tren penguatan rupiah berlanjut pada Januari 2019. Sedangkan rerata keseluruhan tahun 2018, tercatat mengalami depresiasi 6,05% lebih rendah dari pada Rupee, India, Rand, Afrika Selatan, Real, Brasil dan Lira, Turki.

Penguatan rupiah antara lain dipengaruhi aliran masuk modal asing akibat perekonomian domestik yang kondusif dan imbal hasil domestik yang tetap menarik, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.

Inflasi tetap rendah dan terkendali. Inflasi pada Desember 2018 sebesar 0,62% secara bulanan atau 3,13% secara tahunan. Berada dalam kisaran sasarannya selama empat tahun terakhir. Pada 2019 diperkirakan berada dalam sasaran inflasi sebesar 3,5%  plus minus 1%.

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan tetap tinggi mencapai 23,3% dan rasio likuiditas (AL/DPK) masih aman yakni sebesar 20,1% pada November 2018.

Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yaitu sebesar 2,7% gross atau 1,2% net. Dari fungsi intermediasi perbankan, pertumbuhan kredit pada November 2018 tercatat sebesar 12,1% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 13,3%.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada November 2018 sebesar 7,2% secara tahunan, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,6%.

Sementara itu, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, Medium Term Notes (MTN), dan Negotiable Certificate of Deposit (NCD) selama Januari-November 2018 tercatat sebesar Rp 197,1 triliun, turun dibandingkan dengan capaian periode yang sama pada 2017 sebesar Rp 276,9 triliun.

Pada 2019, BI memperkirakan pertumbuhan kredit berada dalam kisaran 10-12% secara tahunan sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 8-10%.

Perekonomian domestik tetap baik ditopang kelancaran sistem pembayaran yang tetap terpelihara, baik dari sisi tunai maupun nontunai. Dari sisi pembayaran tunai, posisi uang yang diedarkan meningkat 7,8% secara tahunan di Desember 2018, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan November 2018 sebesar 7,3%.  
 
Di sisi pembayaran non-tunai nilai besar, nilai transaksi yang diselesaikan melalui BI-RTGS pada Desember 2018 mengalami peningkatan sebesar 1,53% secara tahunan, setelah mengalami penurunan 1,7%. Pembayaran nontunai nilai ritel, pertumbuhan SKNBI menurun menjadi 8,08% dari 9,7% pada November 2018. 
 
Sementara itu, transaksi masyarakat menggunakan ATM/ Debit, Kartu Kredit, dan Uang Elektronik masing-masing meningkat sebesar 14,3%, 7,9%, dan 215,4%.
Dengan demikian, Perry menegaskan kebijakan BI akan tetap hawkish, pre-emptive dan forward looking.
.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×