kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Pelemahan rupiah saat ini berbeda dengan 20 tahun lalu


Selasa, 22 Mei 2018 / 09:33 WIB
BI: Pelemahan rupiah saat ini berbeda dengan 20 tahun lalu
ILUSTRASI. RDG TERAKHIR AGUS MARTOWARDOJO


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS saat ini tidak bisa disamakan dengan kondisi krisis moneter 20 tahun yang lalu.

“Kami sudah lihat bahwa kondisi 20 tahun yang lalu, saat itu kondisi Indonesia beda sekali dengan yang sekarang, lihat dari cadangan devisa, lihat dari bahwa sekarang sudah ada perbankan yang sehat, yang punya permodalan 22% lebih, NPL di bawah 3%,” ujarnya di kantor Kementerian Keuangan (Kemkeu), Senin (21/5) malam.

“Kami juga lihat sudah ada lembaga penjamin simpanan (LPS) yang menjamin deposit,” lanjutnya.

Secara umum, Agus mengatakan, indikator ekonomi Indonesia juga masih baik. Dengan demikian kondisi kini tak bisa dibandingkan dengan masa lalu.

“Jadi, kalau seandainya mau dibandingkan dengan kondisi 10-20 tahun yang lalu, kondisi kita sekarang baik dan tidak perlu dikhawatirkan,” katanya.

Asal tahu saja, pelemahan rupiah sudah terjadi sepekan terakhir. Senin (14/5) lalu, rupiah masih berada di Rp 13.965 per dollar AS. Namun, keesokan harinya bergerak menembus Rp 14.000 per dollar AS hingga kemarin menyentuh Rp 14.200.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo juga mengatakan, tidak ada faktor domestik apapun yang membuat rupiah melemah. Sentimen di dalam negeri menurut Dody, cenderung netral. “Berita positifnya juga tidak ada. Jadi netral. Di semua emerging market juga tunjukkan arah netral di domestiknya,” katanya.

Menilik ke belakang, pada krisis 20 tahun silam, nilai tukar rupiah pernah melemah sampai 600% dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, yaitu dari Rp 2.350 menjadi Rp 16.000 per dollar AS. Suku bunga antar bank sempat mencapai 60% per tahun. Akibat lainnya distribusi barang sempat mandeg menunggu kestabilan harga dan keamanan, terutama karena terjadi demonstrasi dan perusakan pusat-pusat perdagangan oleh massa di berbagai kota.

Alhasil, pertumbuhan ekonomi menurun 13,7%. Harga barang-barang melonjak, perusahaan-perusahaan gulung tikar, pengangguran meningkat, dan berberapa fasilitas umum serta pusat perdagangan rusak berat

Selain itu, perbedaan dulu dengan sekarang, dulu cadangan devisa di 1997-1998 sekitar US$ 23 miliar. Sementara, BI mencatat, posisi cadev Indonesia akhir April 2018 sebesar US$ 124,9 miliar. Inflasi pada 1998 juga mencapai 77,63%, sementara saat ini mengarah pada inflasi yang rendah dan stabil yaitu 3,5%. Rasio utang luar negeri pada tahun 1998 sekitar 120% dari PDB, sementara saat ini hanya sekitar 34% dari PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×