kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Rupiah lemah bukan karena porsi kenaikan suku bunga kurang


Selasa, 22 Mei 2018 / 08:20 WIB
BI: Rupiah lemah bukan karena porsi kenaikan suku bunga kurang
ILUSTRASI. Dewan Gubernur Bank Indonesia


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih melemah. Senin (21/5), rupiah sempat menyentuh Rp 14.200 per dollar AS.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan rupiah sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal. Dengan demikian, dalam hal ini porsi kenaikan suku bunga BI-7DRR tidak kurang,

“Tidak (kurang). Kami melihat sekarang ini dengan menaikkan 25 bps, didukung bauran kebijakan yang lain, ini konsisten untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia,” ujar Agus di kantor Kementerian Keuangan (Kemkeu), Senin (21/5) malam.

Senada, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, porsi kenaikan suku bunga BI tidak terkait dengan melemahnya rupiah. Saat ini, BI terus mempelajari bagaimana perkembangan di pasar. “Kalau itu sebabkan instabilitas terus berlanjut, kami bisa lakukan upaya langkah-langkah yang lebih kuat,” ucapnya.

Keputusan menaikkan suku bunga 25 bps beberapa waktu lalu, menurut Dody, melihat pengaruh dari nilai tukar kepada inflasi. Kenaikan suku bunga tidak bisa dikatakan terlambat.

“Kalau terlambat itu kita behind the curve (lebih terlambat dari yang lain), tetapi toh kami lakukan itu dengan hitung dampak ke inflasinya ganggu atau tidak. Itu kami lihat terus sampai assessment terakhir masih tunjukkan suku bunga belum harus segera naik, kecuali di pekan lalu kami assessment, di situ kami naikkan,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurut Dody, pelemahan rupiah ini sepenuhnya akibat tekanan dari global yang masih kuat. Sebab, data dari AS sendiri menunjukkan bahwa ekonomi di sana tumbuhnya cukup tinggi. Kedua, ada juga pelemahan euro sehingga memperkuat dollar AS.

“Jadi, gambaran ini menunjukkan bahwa kondisi global menarik pelemahan mata uang regional termasuk Indonesia. Kami tentunya, tidak bisa melawan mekanisme pasar,” kata Dody.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×