kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

BI pangkas proyeksi pertumbuhan 2016 jadi 5%-5,4%


Kamis, 19 Mei 2016 / 20:25 WIB
BI pangkas proyeksi pertumbuhan 2016 jadi 5%-5,4%


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini sebesar 4,92% membuat Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Otoritas moneter memproyeksi, pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5%-5,4%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,2%-5,6%.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pihaknya melihat kondisi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini lebih lemah dibanding sebelumnya. Menurut Agus, pelemahan tersebut tak hanya bersumber dari negara maju, melainkan juga dari pertumbuhan negara berkembang yang terkoreksi tajam.

Tak hanya itu, BI juga melihat harga minyak masih akan rendah walaupun sudah ada sedikit perbaikan.

Namun demikian dari sisi domestik, pihaknya melihat bahwa pertumbuhan konsumsi dan investasi belum cukup kuat meski telah diberikan stimulus moneter dan fiskal.

"Kami tetapkan perlu dilakukan peneyesuaian karena ekonomi dunia melemah berdampak pada ekspor impor Indonesia dan kondisi domestik," kata Agus dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (19/5).

Saat ini, BI juga akan mengikuti rencana pembahasan mengenai Tax Amnesty antara pemerintah dan DPR. Tak hanya itu, BI juga masih mengikuti rencana pemeirntah terkait dengan revisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.

Nantinya, BI akan mengikuti diskusi pembahasan kedua Undang-Undang tersebut sehingga memiliki gambaran yang lebih tajam mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesai tahun ini hingga jangka menengah.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, stimulus fiskal melalui peningkatan investasi di sektor publik, yaitu pembangunan infrastruktur masih belum mampu mendorong investasi swasta. Sementara itu, dari sisi permintaan konsumsi belum naik karena permintaan global yang juga masih lemah.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung sebelumnya mengatakan, akselerasi pengeluaran pemerintah yang dimulai sejak kuartal ketiga tahun lalu belum menggairahkan investasi swasta. Menurutnya, butuh waktu transimisi dari stimulus tersebut sekitar lima kuartal.

"Jadi kira-kira triwulan ketiga swastanya sudah mulai," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×