kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Langkah berat pertumbuhan ekonomi 5,3%


Senin, 09 Mei 2016 / 11:05 WIB
Langkah berat pertumbuhan ekonomi 5,3%


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama 2016 sebesar 4,92%. Walau pertumbuhan ekonomi kuartal I tersebut masih di bawah ekspektasi, namun tidak menyurutkan optimisme pemerintah.

Pemerintah tetap yakin pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini masih sesuai target sebesar 5,3%. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro beralasan, pertumbuhan ekonomi di awal tahun biasanya tidak terlalu tinggi.

Menurut dia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya hingga akhir tahun bisa lebih tinggi. "Pertumbuhan 5,3% masih bisa dikejar," ujar dia akhir pekan lalu.

Dengan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2016 sebesar 4,92% year on year (YoY), untuk mencapai target 5,3% sampai akhir tahun, pemerintah harus mencetak pertumbuhan ekonomi sedikitnya 5,4% masing-masing untuk kuartal kedua, ketiga, dan keempat tahun ini.

Optimisme pemerintah ini didorong oleh perkiraan BPS, yang mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi akan meningkat mulai kuartal kedua tahun ini. "Sebab, triwulan kedua ada puasa dan triwulan ketiga ada lebaran," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto.

Berat tercapai

Kenaikan permintaan barang dan jasa juga terindikasi dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK). BPS memperkirakan ITK pada kuartal kedua tahun ini akan meningkat 3,67 poin dibandingkan dengan ITK kuartal pertama 2016.

Peningkatan permintaan itu terutama didoronng oleh perkiraan peningkatan pendapatan sebesar 6,92 poin. Sementara itu tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran, dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan transportasi, komunikasi, kesehatan, rekreasi kuartal kedua masih lebih rendah 0,02 poin.

Sementara itu kondisi bisnis secara umum juga diperkirakan akan meningkat pada kuartal kedua lantaran peningkatan optimisme pelaku bisnis. Hal itu ditunjukkan oleh Indeks Tendensi Bisnis (ITB) yang meningkat 4,06 poin karena peningkatan order dalam negeri dan order input barang.

Ekonom Kenta Institute Eric Sugandi mengatakan, target pertumbuhan 5,3% pada tahun ini akan sangat sulit tercapai. Oleh karena itu Eric merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini menjadi 5% dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,2%.

Menurut Eric, jika pemerintah ingin mempertahankan target pertumbuhan ekonomi di angka 5% sampai akhir tahun, pemerintah harus menjaga konsumsi rumah tangga sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Sebab dari sisi investasi, Eric melihat swasta masih menunggu dan melihat (wait and see). Hal itu tercermin dari pertumbuhan kredit perbankan yang masih lambat.

"Pengeluaran pemerintah diharapkan bisa membantu pertumbuhan ekonomi, tapi kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya sekitar 7%. Walau ada multiplier effect ke pertumbuhan, tetapi terbatas saja," katanya.

Di sisi lain, lanjutnya, jika nantinya kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty disahkan dan diterapkan, tetap tidak cukup akan mampu membantu pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sebab dana repatriasi dari hasil pengampunan pajak yang akan masuk ke dalam negeri tidak sebesar estimasi pemerintah. Apalagi jika kemudian dana tersebut akan lebih banyak berputar di sektor keuangan.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3% pada 2016, cukup berat. Apalagi dia memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tahun ini tidak akan lebih dari 5,05%. Angka itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2015 yang sebesar 4,96%.

Apalagi peran pemerintah dalam mendorong pertumbuhan akan terpangkas penghematan belanja yang rencananya akan diajukan dalam revisi APBN 2016. Karena itu, Lana memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya sebesar 5,12%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×