kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI optimistis nilai transaksi e-commerce bisa tumbuh 33,2% di tahun ini


Jumat, 22 Januari 2021 / 20:43 WIB
BI optimistis nilai transaksi e-commerce bisa tumbuh 33,2% di tahun ini
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis nilai transaksi e-commerce pada tahun 2021 akan tumbuh 33,2% menjadi Rp 337 triliun, dari perkiraan nilai transaksi di 2020 yang sebesar Rp 253 triliun. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi dan digital akhir-akhir ini memang cepat. Hal ini merupakan buah manis yang bisa dipetik di tengah peliknya masalah pandemi. 

“Ekonomi dan keuangan digital kita bergerak luar biasa. Pandemi ini mendorong sangat kuat. Angka-angka yang dipantau juga cenderung meningkat,” jelas Perry, Jumat (22/1). 

Di sisi lain, peningkatan jumlah transaksi e-commerce juga merupakan buah dari kebijakan pemerintah dalam mendorong akseptasi digital pada masyarakat dan mendorong akselerasi financial technology (fintech) dan digital banking. 

Selain nilai transaksi e-commerce, Perry juga memperkirakan transaksi uang elektronik akan meningkat di tahun ini sebesar 32,3% menjadi Rp 266 triliun. Sementara estimasi di tahun 2020 sebesar Rp 201 triliun. 

Baca Juga: Gara-gara pandemi, transaksi perbankan menggunakan kartu menyusut

Sementara transaksi digital banking juga diperkirakan akan semakin meningkat menjadi Rp 32.206 triliun atau tumbuh 19,1% dari proyeksi di sepanjang tahun lalu yang sebesar RP 27.036 triliun. 

Perry tak bosan-bosannya mengingatkan agar bank untuk segera agresif dalam mengimplementasikan digital banking. Pasalnya, zaman sudah berubah dan digitalisasi makin nyata. 

Menurut Perry, ini merupakan bentuk pelayanan yang paling pas untuk masyarakat sekarang. Kalau bank kukuh untuk tidak ikut digital banking, maka risikonya bisa ditinggal oleh konsumen.

“Karena sekarang masyarkaat inginnya yang mudah. So, you have to service them lewat digital banking. Mau buka rekening, transfer, transaksi, inginnya lewat handphone dari kamar mandi, kamar tidur. Kalau bankir maunya dihampiri terus, lama-lama akan ditinggalkan,” tandasnya. 

Selanjutnya: BRI Agro akan disiapkan jadi bank digital, persaingan neobank semakin seru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×