Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus berupaya menekan defisit neraca perdagangan. Salah satunya dengan mengurangi impor migas dengan pemanfaatan biofuel.
"Biofuel ini penting sekali untuk dikembangkan, hal ini karena Indonesia perlu untuk menurunkan impor, serta kita perlu adanya diversifikasi pada energi," kata Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI), Jum'at (16/11).
Hal ini juga didorong dengan kebutuhan energi Indonesia yang semakin besar, sedangkan energi minyak bumi Indonesia sudah terbatas. Maka dari itu, Indonesia perlu meningkatkan energi lain yang memiliki potensi dalam mengurangi impor, salah satunya ialah energi yang terbuat dari kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO).
"Karena CPO sendiri juga di dalamnya banyak petani-petani kecil, dan sekarang ini harga CPO sedang rendah. Maka, kalau kita kembangkan biofuel kita bisa menurunkan angka impor minyak, membantu petani sawit dan kita juga bisa membuat harga CPO menjadi lebih cukup menarik," ujarnya.
Perlu diketahui, CPO merupakan suatu hal penting bagi ekonomi Sumatera dan Kalimantan. Karena, sekitar 32% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berasal dari ke dua daerah tersebut. Ditambah, saat ini harga komoditas sedang mengalami penurunan.
"Diharapkan, dengan menurunnya harga komoditas termasuk CPO, Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk pemanfaatan CPO menjadi biofuel," tambah Mirza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News