kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Beberkan Dampak Perang Rusia-Ukraina Terhadap Perekonomian Indonesia


Kamis, 17 Maret 2022 / 16:25 WIB
BI Beberkan Dampak Perang Rusia-Ukraina Terhadap Perekonomian Indonesia
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. BI Beberkan Dampak Perang Rusia-Ukraina Terhadap Perekonomian Indonesia.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga memiliki dampak terhadap kondisi perekonomian Indonesia. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, dampak dari konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina ini berimplikasi lewat 3 jalur. 

“Implikasinya dari 3 channel (jalur), yaitu jalur pergerakan harga komoditas, jalur perdagangan, serta jalur keuangan,” ujar Perry dalam pembacaan hasil Rapat Dewan Gubernur BI Maret 2022, Kamis (17/3). 

Perry menjabarkan, ketegangan dua negara tersebut membuat harga komoditas global melonjak, salah satunya harga minyak dunia. Ini kemudian akan berimplikasi pada kondisi fiskal Indonesia dan harga-harga dalam negeri. 

Baca Juga: BI: Tren Suku Bunga Perbankan Terus Turun

Apalagi, seperti kita ketahui Indonesia merupakan negara net importir minyak. Peningkatan harga minyak ini kemudian bisa memengaruhi peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang selama ini diberi subsidi oleh pemerintah. 

Nah, dalam hal ini, dampaknya terhadap dalam negeri akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dalam menyikapi harga energi global, terutama untuk BBM non subsidi. 

“Koordinasi akan kami lakukan. Kita sudah melihat ada kenaikan harga Pertamax. Namun, kami akan terus melihat dan pada waktunya akan kami sampaikan,” kata Perry. 

Baca Juga: BI Catat Transaksi Digital Banking Capai Rp 3.732,8 Triliun

Dari sisi perdagangan, Perry melihat dampak langsungnya tidak terlalu besar karena mengingat hubungan perdagangan antara Indonesia dan kedua negara tersebut tidak sebesar negara mitra dagang lain. 

Namun, dengan peningkatan harga komoditas, Indonesia bisa mendapatkan berkah berupa peningkatan ekspor terutama non minyak dan gas (non migas). 

Dengan kondisi ini, neraca perdagangan Indonesia berpotensi masih mencetak surplus selama beberapa waktu ke depan. 

Baca Juga: BI Diprediksi Akan Kerek Suku Bunga pada Tahun Ini, Ini Respons Bank Mandiri

Dari sisi keuangan, Perry melihat ini memang memberikan dampak berupa hengkangnya arus modal asing dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Apalagi, para investor mencari aset yang lebih aman (safe haven asset) dan tentu akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah. “Namun, implikasinya pada nilai tukar rupiah sejauh ini tetap terjaga. Karena kami melihat nilai tukar rupiah ada kecenderungan apresiasi,” tandas Perry. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×