Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Mata uang Garuda dalam posisi tertekan ke level Rp 12.300 per dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan ini bisa berdampak pada Utang Luar Negeri (ULN) korporasi.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan ULN korporasi alias swasta dalam tren yang meningkat. Dengan adanya rupiah yang mengalami depresiasi akan menjadi risiko tersendiri bagi korporasi.
Pemantauan BI, pengaruh rupiah terhadap utang swasta masih terukur. "Namun secara umum kita ingatkan lagi ke pihak swasta yang punya ULN untuk dapat mengelola uang dengan baik," ujar Agus, Kamis (10/12).
Kalau korporasi tidak bisa mengatur utangnya dengan baik maka keuangan dunia dan pelemahan rupiah bisa berdampak ke kinerja perusahaan. Adapun, posisi ULN pada akhir September 2014 sebesar US$ 292,3 miliar.
Posisi ini meningkat US$ 6,1 miliar atau 2,1% dibandingkan posisi akhir triwulan II (Juni) yang sebesar US$ 286,2 miliar. Peningkatan posisi ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kepemilikan posisi utang swasta.
Utang swasta pada akhir September tercatat US$ 159,3 miliar. Nilai ini naik 3,1% dibanding posisi akhir Juni yang sebesar US$ 154,4 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News