kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.235.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.580   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.118   47,22   0,59%
  • KOMPAS100 1.119   4,03   0,36%
  • LQ45 785   1,90   0,24%
  • ISSI 286   2,08   0,73%
  • IDX30 412   0,93   0,23%
  • IDXHIDIV20 467   0,39   0,08%
  • IDX80 123   0,45   0,36%
  • IDXV30 133   0,76   0,57%
  • IDXQ30 130   0,07   0,05%

BGN: Senyawa Nitrit Jadi Pemicu Keracunan Makan Bergizi Gratis di Bandung Barat


Jumat, 03 Oktober 2025 / 17:49 WIB
BGN: Senyawa Nitrit Jadi Pemicu Keracunan Makan Bergizi Gratis di Bandung Barat
ILUSTRASI. Senyawa nitrit yang terkandung dalam salah satu makanan yang disajikan pada Makan Bergizi Gratis jadi pemicu keracunan masal di Bandung Barat. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/rwa.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut senyawa nitrit yang terkandung dalam salah satu makanan yang disajikan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi pemicu gejala keracunan masal di Bandung Barat. 

Gejala itu terjadi setelah para siswa menyantap hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disiapkan 3 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang berbeda. 

“Kami berkesimpulan, senyawa nitrit menjadi penyebabnya,” kata Ketua Tim Investigasi Independen Badan Gizi Nasional (BGN Karimah Muhammad dalam keterangan resminya, Jumat (3/10/2025). 

Baca Juga: Banyak Kasus Keracunan, Puan Minta Evaluasi Total Program MBG

Karimah telah menemui beberapa korban dan dokter yang menangani korban keracunan di Puskesmas Cipongkor dan RSUD Cililin. 

Pihaknya mengklaim telah mempelajari pola gejala utama korban, mengecek obat-obatan yang diberikan di Puskesmas dan RSUD, serta mempelajari hasil uji mikrobiologi dan toksikologi dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar. 

Dari hasil investigasinya, pihaknya menemukan kadar nitrit yang sangat tinggi di buah melon dan lotek yang disajikan sebagai salah satu menu MBG. 

Menurut Karimah, pada masing-masing jenis sampel yang diuji, terdapat 3,91 mg/L dan 3,54 mg/L nitrit. Padahal, jika merujuk EPA (US Environmental Protection Agency): kadar maksium nitrit yang boleh dikonsumsi dalam minuman adalah 1 mg/L. Sementara Otoritas Kesehatan di Kanada menetapkan 3 mg/L. 

“Jadi kalau merujuk standar EPA, maka kadar nitrit dalam sampel sisa makanan di sekolah hampir 4 kali lipat dari batas maksimum,” ujarnya.

Secara alamiah, kata Karimah, sebagian buah-buahan dan sayur-sayuran memang mengandung nitrit. Kadarnya bisa meningkat karena hasil kerja bakteri, yang bisa mengubah nitrat menjadi nitrit, atau sebaliknya. 

“Pola gejala yang ditunjukkan para korban sejalan dengan gejala keracunan nitrit, di mana yang mendominasi adalah efek di saluran pencernaan bagian atas, misal: mual, muntah atau nyeri lambung, sebanyak 36%. Bukan di saluran pencernaan bagian bawah, misal diare,” ujarnya. 

Baca Juga: Cegah Keracunan MBG, Pemerintah Bakal Wajibkan SPPG Punya Tiga Sertifikasi Ini

Adapun gejala pusing atau kepala terasa ringan, muncul karena terjadi pelebaran pembuluh darah, yang juga merupakan ciri keracunan nitrat. Gejala ini menunjukkan prosentase cukup besar, sebanyak 29%, dan berada di peringkat kedua setelah gejala di saluran pencernaan bagian atas. 

“Gejala lemas dan sesak nafas yang dikeluhkan sebagian korban juga menunjukkan keracunan nitrit. Sebab, nitrit bisa menyebabkan methemoglobinemia, di mana kemampuan hemoglobin di dalam darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang, sehingga sel-sel tubuh merasa lemas, dan di paru-paru terasa sesak,” ujar Karimah. 

Lebih lanjut, Karimah menyebut BGN tidak menemukan bakteri jahat penyebab keracunan makanan, seperti Eschericia coli, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus.

Selain itu, tim investigasi juga tidak menemukan racun sianida, arsen, logam berat atau pestisida, kecuali nitrit dalam uji toksikologi.

Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat sempat menetapkan kejadian luar biasa setelah 1.315 orang orang mengalami gejala keracunan seusai menyantap MBG. 

Keracunan massal pertama kali terdeteksi pada Senin (22/9/2025), ketika belasan siswa SMK Pembangunan Bandung Barat dilarikan ke Puskesmas Cipongkor setelah mengonsumsi paket menu MBG. 

Sehari kemudian, korban terus bertambah dari berbagai jenjang pendidikan, mulai PAUD, SD, SMP/MTs, hingga SMA/sederajat. 

Semua korban diketahui mendapat suplai makanan dari Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cipari. 

Lonjakan terbesar terjadi pada Rabu (24/9/2025). Ratusan warga di Kecamatan Cipongkor mengalami gejala serupa setelah menerima makanan dari SPPG Neglasari. 

Korbannya lebih beragam, meliputi siswa, guru, orang tua, hingga ibu menyusui. 

Belakangan, Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail mencabut status KLB setelah kondisi korban berangsur pulih dan tidak ada lagi laporan kasus baru.

Selanjutnya: Rupiah Menguat 1% di Pekan Ini, Simak Katalisnya

Menarik Dibaca: Tips Menjual Emas Supaya Tidak Rugi, Ini yang Perlu Anda Perhatikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×