Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja ekonomi kuartal II-2018 akan menjadi penentu realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2018. Momentum puasa dan lebaran diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi tahun 2018, sehingga bisa menembus angka 5,1%.
Harapan lebih tinggi pada kinerja ekonomi kuartal II-2018, juga menjadi imbas dari kurang moncernya pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018. Sejumlah ekonom yang dihubungi KONTAN memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018, yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (7/5) ini, belum memuaskan.
Walau diperkirakan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2017 yang sebesar 5,01%, realisasinya kurang mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah di APBN 2018 sebesar 5,4%. Hal itu terjadi karena konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar, diperkirakan masih stagnan.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama tahun ini tidak sebaik yang diperkirakan. Hal itu tercermin dari penjualan 27 emiten besar yang mengalami penurunan dibanding kuartal pertama tahun 2017.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) misalnya, hanya mengantongi penjualan Rp 10,75 triliun di kuartal I-2018 atau turun dibanding kuartal I-2017 dengan pendapatan Rp 10,85 triliun. Sementara pertumbuhan penjualan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) hanya tumbuh 2,4% year on year (YoY), jauh lebih lambat dibanding dengan kuartal I-2017 2017 yang tumbuh 7,7% YoY. "Penjualan minyak goreng Bimoli juga turun. Jika volume penjualan turun, khawatirnya konsumsi rumah tangga ada perlambatan," ungkap Lana kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Kinerja investasi juga tak sebaik yang diperkirakan. Realisasi investasi kuartal I-2018 yang diumumkan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) hanya tumbuh 11,8% YoY. Angka itu melambat dibanding kuartal-I 2017 sebesar 13,2% YoY. "Dari sisi net ekspor juga melambat. Dua bulan pertama 2018, neraca perdagangan mencatat defisit," tambah Lana.
Alhasil, dia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini dari 5,09% menjadi 5,04%-5,06%. Hingga akhir tahun, Lana memproyeksikan laju ekonomi di bawah 5,2%.
Lonjakan pertumbuhan ekonomi diharapkan terjadi pada kuartal-II 2018 karena momentum puasa dan Lebaran. "Jika kuartal II bisa tumbuh 5,3%, pertumbuhan ekonomi full year bisa 5,15%," jelas Lana.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2018 sebesar 5,07% dan hingga akhir tahun hanya 5,1%. Motor pendorongnya berasal dari realisasi belanja pemerintah yang lebih baik dari tahun lalu. Ini terlihat dari data realisasi belanja negara hingga akhir Maret 2018 sebesar Rp 419,55 triliun, tumbuh 4,88% YoY.
Sedangkan konsumsi rumah tangga stagnan di angka pertumbuhan 4,9%–5%. Itu terlihat dari data indeks penjualan riil yang melambat, khususnya penjualan kendaraan roda empat Januari-Maret 2018 hanya tumbuh 2,8% YoY.
Sisi investasi juga belum naik signifikan. Faktor musiman awal tahun biasanya realisasi investasi kecil dan baru akan meningkat di semester II. Demikian juga dengan ekspor yang masih melandai, yang ditandai dengan defisitnya neraca perdagangan Januari-Februari 2018.
Lebih optimis
Ekonom Bank Permata Josua Pardede lebih optimistis. Dia menghitung ekonomi Januari-Maret tumbuh 5,1% YoY. Pendorong utamanya, masih dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,98%-4,99%, lebih baik dari periode sama tahun 2017 sebesar 4,94%. "Terjaganya daya beli masyarakat terlihat dari peningkatan pendapatan masyarakat dan realisasi penyaluran bantuan sosial," katanya.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau diperkirakan tumbuh sekitar 7,3% YoY, jauh lebih tinggi dari kuartal-I 2017 yang 4,81%. Indikasinya, realisasi investasi bangunan dan non bangunan meningkat, yang ditandai oleh kenaikan laju impor barang modal. Tak hanya itu, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh 3,95% YoY, karena ada peningkatan realisasi penyerapan belanja pegawai, belanja barang, dan belanja sosial.
Sedangkan Ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra memproyeksikan, ekonomi kuartal I-2018 tumbuh 5,2%. Proyeksi ini sama dengan proyeksi pemerintah sebelumnya.
Investasi menjadi motor utama pertumbuhan. Hal ini tampak pada pertumbuhan belanja modal plus penjualan semen. Sementara konsumsi rumah tangga, masih stagnan meski angkanya relatif belum bisa dipastikan.
Hingga akhir tahun, Aldian memperkirakan pertumbuhan ekonomi di level 5,2%. Target pertumbuhan ekonomi pemerintah 5,4% gagal tercapai karena efek gulir dari infrastruktur belum terlihat. Gencarnya pembangunan infrastruktur berefek bagi ekonomi jangka menengah-panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News