kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 diproyeksi flat


Minggu, 29 April 2018 / 16:29 WIB
Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 diproyeksi flat
ILUSTRASI. Suasana Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama 2018 diproyeksi bakal flat. Meski pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2017 yang sebesar 5,01% year on year (yoy).

Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2018 tumbuh 5,2% secara tahunan (yoy). Sementara, BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2018 sebesar 5,11%.

Hingga kuartal pertama tahun ini, memang beberapa pencapaian berhasil dibukukan. Terlihat dari pencapaian pendapatan pajak dan  ekspor non-migas yang mencatatkan pertumbuhan pada awal tahun ini. Penerimaan pajak pada kuartal I-2018 tumbuh 16,21% yoy. Dari sisi sektor usaha, penerimaan pajak juga menunjukkan pertumbuhan double digit terutama untuk pengolahan dan perdagangan yang masing-masing naik 16,72% dan 28,64%.

Begitu pula dari sisi ekspor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Maret 2018 mencapai US$ 44,27 miliar atau meningkat 8,78% yoy, sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$ 40,21 miliar atau meningkat 9,53% yoy.

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih menyatakan, ekonomi Indonesia pada kuartal I-2018 bakal tumbuh antara 5,06% sampai 5,09%. Menurut Lana, sulit untuk memproyeksi ekonomi di atas 5,1%, lantaran dari sisi konsumsi masih terlihat adanya perlambatan.

“Konsumsi sumbangannya 56% ke PDB, di mana 60% masih dari ritel. Kalau kita lihat penjualan ritel kuartal I-2018 tidak lebih baik dari tahun sebelumnya. Ada perlambatan di ritel konvensional. Bisa dilihat, data emiten yang terkait consumer goods pada kuartal-I 2018 tidak sebaik 2017,” jelasnya kepada KONTAN, Minggu (29/4).

Menurut Lana, dari sisi pajak, pertumbuhan yang ada bisa saja bukan karena aktivitas ekonomi yang membaik, melainkan lantaran naiknya kepatuhan setelah tax amnesty, di mana WP membayar pajak lebih besar dari sebelumnya. “Jadi, tak selalu mencerminkan bisnisnya membaik,” paparnya.

Ia mengatakan, mungkin saja ekonomi pada kuartal I-2018 ada bantuan dari ekspor dan belanja pemerintah. Namun, belanja pemerintah dampaknya hanya 8%. Sementara, di sisi ekspor, impor RI juga meningkat sehingga berpengaruh ke net ekspor.

Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia juga memprediksi pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal pertama 2018 tertahan di level 5%. Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, konsumsi rumah tangga belum menunjukkan indikasi pemulihan pada kuartal-I 2018.

Salah satu indikatornya adalah pertumbuhan penjualan ritel selama Januari hingga Februari 2018 yang justru minus 0,38%. Sementara, pada periode yang sama tahun lalu masih tumbuh sebesar 5,03%.

Kelompok menengah atas juga cenderung masih menahan belanja. Indikator penjualan kendaraan bermotor menunjukkan, penjualan mobil justru melemah dari 6,15% pada kuartal I-2017 menjadi 2,88% pada kuartal I-2018.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga sempat menyebut, kemungkinan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. "Mungkin kuartal I tidak bisa lebih tinggi dari tahun lalu," kata Darmin.

Fundamental ekonomi masih kuat

Sementara, Head of Economics & Research Finance and Corporate Service UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2018 bisa mencapai 5,2% sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia yang diperkirakan masih kuat, yakni dari sisi investasi dan pembangunan.

Bahkan, hal ini akan bertahan hingga kuartal II-2018 di mana pada periode April-Juni 2018. Ia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi naik menjadi 5,3%. Momentum puasa, lebaran, dan pemilihan kepala daerah (pilkada) adalah pendorongnya.

Dengan demikian, sepanjang tahun 2018, ia optimistis ekonomi dalam negeri tumbuh di kisaran 5,3%. Kekuatan fundamental ekonomi Indonesia didukung oleh konsumsi swasta, pertumbuhan pembelanjaan investasi, serta peningkatkan kinerja ekspor yang berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×