kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Berikut inilah desain pemulihan ekonomi nasional 2020 yang disiapkan pemerintah


Kamis, 14 Mei 2020 / 02:25 WIB
Berikut inilah desain pemulihan ekonomi nasional 2020 yang disiapkan pemerintah


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - Pemerintah telah menyiapkan desain pemulihan ekonomi nasional pasca berakhirnya Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona Covid-19 di Indonesia pada 29 Mei 2020 nanti. Desain ini akan menjadi pedoman Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Berdasarkan dokumen yang disampaikan Kementerian Keuangan (Kemkeu) saat rapat kerja tertutup dengan Komisi XI DPR pekan lalu, pemerintah berencana meluncurkan berbagai stimulus mulai kuartal II-2020 untuk memperkuat perekonomian.

Pemerintah mempercepat penyaluran dan memperkuat subsidi serta bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat miskin dan rentan miskin. Langkah ini dilakukan untuk mempertahankan konsumsi masyarakat. (lihat tabel)

Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan stimulus  untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan ultra mikro (UMi), hingga industri dan badan usaha milik negara (BUMN).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan, pemerintah melihat saat ini dampak pandemi Covid-19 yang begitu besar terutama terhadap sektor pariwisata, perdagangan, dan manufaktur.

Ditambah lagi, adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menurunkan konsumsi masyarakat. Akibatnya, kemiskinan dan pengangguran meningkat hanya dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.

SELANJUTNYA>>>

"Kuartal II-2020 memang sangat berat. Data-data yang kami lihat menuju pemburukan, dan kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi negatif," katanya saat konferensi pers virtual, Rabu (13/5).

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya menyebut dalam skenario terberat, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2020 di posisi 0,3% hingga - 2,6%.

Karena itu pemerintah mengucurkan stimulus untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM), usaha ultramikro (UMi), industri, dan BUMN. Program ini berjalan sampai kuartal III-2020. 

Pada kuartal II-2020 diharapkan sudah berlangsung sebagian aktivitas ekonomi. Pemerintah juga melanjutkan perluasan stimulus konsumsi bagi kelas menengah.

Sementara itu, pada kuartal IV-2020, pemerintah berharap mulai ada pemulihan ekonomi, baik pada konsumsi masyarakat, dan pengurangan jumlah pengangguran, dan kemiskinan. Karena itulah, disain kebijakan yang disusun pemerintah di akhir tahun, akan fokus dunia usaha. 

"Apakah kuartal III lebih baik? Itu sedang diusahakan. Kuartal IV lebih baik? Kami usahakan dengan kebijakan yang dirancang pemerintah, supaya pertumbuhan ekonomi tidak menuju terlalu negatif," tambah Febrio.

Sebagai gambaran dalam  skenario berat, ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini diperkirakan tumbuh 2,3%. Namun, dalam skenario sangat berat, ekonomi Indonesia bakal tumbuh -0,4%.

Beberapa strategi yang dijalankan diantaranya lewat penjaminan kredit modal kerja UMKM, penempatan dana di perbankan  yang terdampak restrukturisasi kredit, penyertaan modal negara (PMN) ke BUMN, dukungan pelaksanaan program B30, dan penyaluran dana insentif daerah.  

SELANJUTNYA>>>

Ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi menilai desain jangka waktu pemulihan ekonomi tersebut cenderung optimistis. Menurutnya, rancangan tersebut atas dasar pandemi Covid-19 sudah berakhir pada kuartal III-2020. 

"Padahal masih ada risiko second wave. Tapi secara garis besar saya setuju dengan respon kebijakannya," kata Eric kepada KONTAN.

Eric menilai untuk pemulihan dunia usaha seperti pariwisata tidak bisa cepat tapi harus diberikan stimulus. Sedangkan untuk pelonggaran atau pembukaan usahanya mesti melihat perkembangan penanganan Covid-19. 

Artinya, harapan konsumsi  naik di sektor itu masih rentan. "Karena waktu pelonggaran atau pembukaan akan berbeda tiap daerah," katanya.

Di sisi lain, pemulihan ekonomi lebih lama di sektor perbankan. Sebab Covid-19 meningkatkan resiko default kredit perbankan dan adanya kebijakann restrukturisasi. 

Sedangkan usaha yang bisa cepat pulih adalah farmasi, transportasi dan distribusi barang, e-commerce, serta makanan dan minuman non restoran. Eric memprediksi 2020 ekonomi minus 1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×