Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan ketidakpastian ekonomi global diperkirakan akan semakin kuat, dipicu oleh rencana kenaikan suku bunga The Fed dan ancaman perang dagang dari AS. Hal ini berimbas ke nilai tukar rupiah dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Dalam paparannya di di Surabaya, Kamis (23/8), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, penguatan dollar AS terjadi terhadap hampir seluruh mata uang negara-negara berkembang.
“Namun, pelemahan rupiah masih dalam batas normal dan sejalan dengan negara-negara lain,” kata Luhut dalam paparannya yang dikutip Kontan.co.id, Senin (27/8).
Ia melanjutkan, pemerintah telah mengambil langkah-langkah tegas untuk memperkuat rupiah.
Pertama, penggunaan biodiesel B20 untuk solar PSO dan Non PSO. Dengan langkah ini, negara bisa menghemat sekaligus meningkatkan devisa. Menurut angka yang disajikan Luhut, penghematan devisa bisa mencapai U$ 4,4 juta dan peningkatan devisa sebesar US$ 10,4 juta.
Kedua, peningkatan sektor pariwisata untuk menarik devisa dari wisatawan asing. Diharapkan, devisa yang dihasilkan sektor ini sebesar US$ 20 miliar pada tahun ini atau naik US$ 7,5 miliar dibandingkan tahun 2017
Ketiga, meningkatan penggunaan komponen lokal. Menurut Luhut, ada estimasi penghematan US$ 2 miliar dari peningkatan penggunaan kandungan dalam negeri.
“Fokus pertama kali adalah dari sektor hulu migas, seperti pipa. Selain itu juga sektor transportasi seperti kereta,” ujarnya.
Keempat, meningkatkan daya dorong belanja pemerintah untuk menggerakkan ekonomi domestik.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada pada jalur yang benar, hal ini ditunjukkan dengan penurunan rasio kemiskinan, kesenjangan, dan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang terus membaik. Hal itu semua dicapai ditengah perlambatan dan ketidakpastian ekonomi global. Ini menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia masih cukup baik,” jelas Luhut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News