kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berbahayakah Omicron BA.4 dan BA.5 yang Sudah Masuk Indonesia?


Senin, 13 Juni 2022 / 06:32 WIB
Berbahayakah Omicron BA.4 dan BA.5 yang Sudah Masuk Indonesia?
ILUSTRASI. Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 masuk ke Indonesia pada akhir Mei dan baru terdeteksi pada Kamis (9/6/2022). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 telah masuk di Indonesia. Hal tersebut sudah dikonfirmasi langsung oleh pemerintah.

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 masuk ke Indonesia pada akhir Mei dan baru terdeteksi pada Kamis (9/6/2022). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan  sebanyak 4 kasus Covid-19 dari penularan subvarian tersebut ditemukan di Bali.

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat agar tidak panik, tetapi tetap mewaspadai perkembangan subvarian tersebut.

"Tidak usah panik karena pasti masuk ke kita (BA.4 dan BA.5). Di Singapura sudah masuk, tapi kita tetap pertama (vaksinasi) booster itu harus, kedua di ruangan padat masker pakai," kata Budi dikutip dari Kompas.com, Jumat (10/6/2022).

Penyebab lonjakan kasus Covid-19 di dunia

Budi mengatakan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah menyebabkan kenaikan kasus Covid-19 di berbagai wilayah di dunia.

"Ini yang membuat kenaikan kasus Covid-19 di Eropa dan beberapa kenaikan di Asia dan Amerika," ujarnya.

Sementara itu, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengungkapkan, terdapat 6.903 sekuen BA.4 yang sudah dilaporkan melalui GISAID dari 58 negara. Dengan 5 negara sekuen BA.4 terbanyak yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Britania Raya, Denmark, dan Israel.

Untuk sekuen BA.5 terdapat sebanyak 8.678 sekuens yang telah dilaporkan melalui GISAID dari 63 negara.

"5 negara dengan laporan sekuens terbanyak yaitu Amerika Serikat, Portugis, Jerman, Britania Raya, dan Afrika Selatan," kata Syahri dikutip dari laman Kemenkes, Jumat (10/6/2022).

Baca Juga: Total Klaim Asuransi untuk Covid-19 Capai Rp 9 Triliun Hingga Maret 2022

Tanggapan epidemiolog

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 lambat laun akan masuk ke Indonesia.

"Jadi itulah pandemi seperti itu, itulah wabah seperti itu, dengan artian bahwa kita enggak mungkin menutup diri mencegah masuknya satu apa dengan mengandalkan menutup pintu masuk, dengan mengandalkan blokade," ungkapnya kepada Kompas.com, (10/6/2022).

Dalam sejarah wabah termasuk pandemi Covid-19, yang dapat melindungi satu negara dari potensi lonjakan subvarian baru hanya dengan melalui penguatan sistem kesehatan. Penguatan sistem kesehatan nasional dapat meredam dengan cara kemampuan deteksi surveilans.

Belum lagi tingkat imunitas di wilayah Indonesia untuk menghadapi Omicron dan subvariannya masih rawan, merujuk dari tingkat vaksinasi dosis ketiga yang masih rendah.

"Dengan pelonggaran-pelonggaran yang terjadi secara global itu sulit menghindari masuknya satu varian atau subvarian baru seperti itu," jelas Dicky.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Lagi, Epidemiolog: Kebijakan Lepas Masker Berisiko

Subvarian BA.4 dan BA.5 berbahaya?

Kasus Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 didominasi oleh penularan yang tidak bergejala. Dicky mengungkapkan bahwa hal tersebut akan membuat meningkatnya kasus infeksi Covid-19 di Indonesia. Karena subvarian BA.4 dan BA.5 dapat bersikulasi menginfeksi orang yang sudah divaksinasi.

"Itu sudah terbukti di banyak negara. Taiwan sendiri meningkat, China, Jepang, dan lain sebagainya," ujarnya.

Menurut Dicky, yang paling rentan terdampak subvarian baru ini adalah kelompok rawan, seperti lansia dan komorbid yang cakupan dosis ketiganya masih rendah.

"Ini yang akan berpotensi menambah kasus rawatan rumah sakit termasuk kematian," jelasnya.

Apa yang harus dilakukan?

Masyarakat diminta untuk tetap waspada, karena Covid-19 masih berstatus sebagai pandemi. Dicky mengimbau agar akselerasi vaksinasi dosis ketiga segera dikejar oleh pemerintah, teruma bagi kelompok rawan dan beresiko tinggi.

"Setidaknya kalau saya menyarankan di akhir tahun ini kita targetkan lima puluh persen dari total populasi kita sudah mendapat dosis ke tiga," ungkapnya.

Selain itu, apabila diperlukan, beberapa kelompok dapat diberikan dosis keempat. Pemerintah juga harus tetap membangun literasi kepada publik tentang kewaspadaan, persepsi risiko dengan komunikasi yang baik dan konsisten. Hal itu agar masyarakat dapat tetap menerapkan pola hidup sehat pada saat situasi pandemi Covid-19.

"Tetap memakai masker, cuci tangan, meminimalisir keramaian dan kerumunan, dan sebagainya," kata Dicky.

Dicky menjelaskan jika status endemi dapat dijadikan target oleh pemerintah, meskipun tidak ada penyakit yang dapat menjadi endemi. Selain itu, narasi publik yang menyebutkan ketika berstatus endemi, maka Covid-19 tidak berbahaya juga dinilai kurang tepat.

Hal tersebut akan berdampak pada pengabaian masyarakat yang sudah merasa aman, meskipun pada kenyataannya masih dalam taraf keamanan semu.

"Seakan-akan publik itu sudah endemi sudah selesai, nggak begitu, dan berbahaya sekali lagi, dan ini pemerintah juga ikut-ikutan menarasikan yang tidak tepat, dan ini perlu diperbaiki," jelasnya.

Apabila masyarakat merasa pandemi sudah berakhir dengan tidak perlu lagi memakai masker, maka dikhawatirkan akan ada korban berjatuhan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Omicron BA.4 dan BA.5 Terkonfirmasi di Indonesia, Berbahayakah?"
Penulis : Taufieq Renaldi Arfiansyah
Editor : Rendika Ferri Kurniawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×