Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Serapan belanja negara semester pertama 2015 masih loyo. Belanja negara secara keseluruhan tercatat menyerap realisasi Rp 773,9 triliun atau 39% dari pagu Rp 1.984,1 triliun. Tahun 2014, realisasi belanja negara pada akhir Juni mencapai 41,2%.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan pola penyerapan anggaran yang terus berulang yakni lambat pada semester dan menumpuk pada semester kedua kurang efektif dorong pertumbuhan. Melihat realisasi hingga semester pertama, David memperkirakan ekonomi Indonesia triwulan II akan tumbuh di bawah 5%.
Selain belanja modal, dua pos belanja lain yang perlu diperhatikan untuk mendorong ekonomi adalah belanja sosial dan transfer ke daerah dan dana desa. Dua pos ini adalah pos yang sifatnya menopang daya beli masyarakat.
Pasalnya, sektor konsumsi porsinya sekitar 56% dari ekonomi Indonesia. Serapan belanja sosial dan transfer ke daerah dan dana desa yang masing-masing sudah 40,1% dan 50,8% harus dikawal serapannya hingga akhir tahun.
Upaya pemerintah yang akan mengeluarkan tiga aturan untuk mendorong para pejabat daerah merealisasikan anggarannya berikut percepatan infrastruktur, dinilai David sangat positif. "Ini harapannya bisa mendorong lagi belanja pemerintah," ujarnya, Selasa (4/8). Dengan begitu pada paruh kedua pertumbuhan konsumsi pemerintah bisa naik ke level minimum 7% untuk mendorong ekonomi ke arah 5%.
Asal tahu saja, data terbaru Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja modal pada semester pertama 2015 adalah Rp 30,2 triliun atau 11,0% dari pagu Rp 275,8 triliun. Pos belanja yang mendorong ekonomi dengan merealisasikan proyek-proyek infrastruktur ini masih sangat lamban penyerapannya.
Bila dibandingkan dengan tahun lalu, realisasi belanja modal tahun ini pun lebih rendah. Semester pertama 2014 realisasi belanja modal tercatat 15,4% dari pagu Rp 184,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News