Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak rentetan tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) masih terasa hingga bulan kedua setelah kenaikan berlaku pada awal September 2022. Indikasinya terlihat dari melemahnya aktivitas belanja masyarakat di bulan November 2022.
Hal itu terkonfirmasi dari indeks frekuensi belanja Mandiri Spending Index (MSI) yang dilakukan Mandiri Institute pada bulan November yang tercatat 154,8.
Angka itu turun dari 157,9 pada akhir Oktober 2022. Pun indeks nilai berbelanja pada akhir November 2022 tercatat 125,9, turun dari akhir September yang sebesar 126,5.
Indeks frekuensi belanja dan indeks nilai belanja itu merupakan yang terendah sejak Maret 2022. Fakta ini berbeda dari pola pada tahun-tahun sebelumnya. Di mana belanja masyarakat cenderung meningkat setiap menjelang Natal dan tahun baru.
Baca Juga: Analis Rekomendasikan Beli Saham AMRT, Simak Ulasannya
Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengungkapkan, penurunan aktivitas belanja masyarakat kali ini masih tak lepas dari peningkatan inflasi. Kenaikan harga BBM pada September 2022 berimbas pada inflasi November 2022. Terutama, dari kelompok transportasi.
"Inflasi dari transportasi masih dirasakan. Beberapa harga transportasi masih relatif tinggi, seperti tiket pesawat," tutur Yudo kepada KONTAN, Senin (12/12).
Selain inflasi transportasi, kenaikan harga beberapa komoditas pangan juga berdampak pada turunnya belanja masyarakat. Kedua faktor tersebut mendorong perlambatan aktivitas belanja masyarakat bulan lalu.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi November 2022 tercatat sebesar 0,09% month on month (mtm), naik dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat deflasi 0,11%. Inflasi ini terutama dipengaruhi oleh harga pangan bergejolak alias volatile food.
ementara harga yang diatur pemerintah (administered prices) menurun.
Baca Juga: Rekomendasi Smartwatch Garmin yang Siap Menemani Gaya Hidup Aktif Setiap Hari
Secara tahunan. laju inflasi November tercatat sebesar 5,42% year on year (yoy), melandai dibanding bulan sebelumnya yang 5,71% yoy.
Yudo menambahkan, penurunan aktivitas belanja masyarakat juga tercermin dari volume belanja. Di November, volume belanja turun 1% year on year (yoy), kontraksi kali pertama sejak Juli 2021 yang sebesar 8% yoy. Saat itu, aktivitas belanja karena perkembangan Covid-19 Delta.
Meski demikian, Yudo meyakini aktivitas belanja masyarakat meningkat pada Desember. Ini dipengaruhi pola musiman Natal dan jelang tahun baru.
"Ada indikasi kenaikan di awal bulan Desember 2022, terutama juga-anak sekolah mulai liburan, sehingga belanja meningkat," tegas Yudo.
Baca Juga: Disebut Iblis dan Setan oleh Bupati Meranti, Ini Komentar Kemenkeu
Dengan kondisi ini, Yudo yakin tingkat belanja masyarakat pada kuartal IV-2022 akan meningkat dibandingkan kuartal IV-2021. Namun melihat pola yang terjadi, pertumbuhannya hanya tipis.
Konsumsi lebih tinggi
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga meyakini, aktivitas belanja masyarakat akan meningkat pada Desember 2022 didorong pola musiman.
David bahkan melihat, peningkatan aktivitas belanja ini juga memberi dampak positif terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Baca Juga: Mandiri Spending Index: Tingkat Belanja Masyarakat Turun Pada November 2022
Dari perhitungannya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal IV-2022 diperkirakan mencapai 5% yoy hingga 5,5% yoy. Angka ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2022 yang tercatat sebesar 5,39% yoy.
Namun, ada potensi penurunan aktivitas berbelanja masyarakat mulai Februari 2023, meski kembali naik menjelang Ramadan dan Idul Fitri. David tak khawatir dengan melandainya belanja awal tahun. Sebab, ini sesuai dengan pola musimannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News