kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bauran kebijakan pemerintah dinilai belum berkontribusi ke kinerja fiskal tahun ini


Kamis, 27 Desember 2018 / 21:07 WIB
Bauran kebijakan pemerintah dinilai belum berkontribusi ke kinerja fiskal tahun ini
ILUSTRASI. Pelayanan pajak di kantor Direktorat Jenderal (Ditjen)


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2018, pemerintah melalui Kementerian Keuangan menggodok berbagai kebijakan fiskal. Insentif kebijakan pajak seperti Tax Holiday, Tax Allowance, hingga penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Final UMKM dikucurkan untuk menggenjot kinerja penerimaan pajak di tahun ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya meyakini, penerimaan negara di akhir 2018 bakal mencapai, bahkan melampaui, target sebesar Rp 1.894,7 triliun. Per akhir November, penerimaan negara telah mencapai 87,3% dari target APBN atau sebesar Rp 1.654,5 triliun.

Tercapainya target penerimaan tersebut sejalan dengan penerimaan perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang mencapai pertumbuhan positif sepanjang tahun ini. Penerimaan perpajakan tercatat tumbuh sekitar 15% year on year (yoy), sedangkan PNBP tumbuh 28,4% yoy hingga November lalu.

Kepala Ekonom Bank Maybank Indonesia Juniman tak menampik optimisme Kemkeu terkait tercapainya penerimaan negara. "Namun, capaian tersebut bukan dikontribusi oleh bauran kebijakan fiskal pemerintah sepanjang tahun ini," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (27/12).

Pasalnya, Juniman berpendapat, berbagai skema kebijakan fiskal pemerintah tersebut tak dibarengi dengan peningkatan realisasi investasi. Selama periode kuartal-III 2018, realisasi investasi turun 1,6% yoy menjadi Rp 173,8 triliun.

Dari realisasi investasi tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 89,1 triliun atau turun 20% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.

Menurut Juniman, tertahannya minat investor untuk menanamkan modal kerap disebabkan oleh tidak seragamnya kebijakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

"Mereka (investor) mudah mendapat izin di pusat, tapi tidak di daerah. Itu kenapa tax holiday belum signifikan meningkatkan investasi di dalam negeri," kata dia.

Di sisi lain, kinerja penerimaan negara sepanjang tahun ini juga tak lepas dari naiknya harga komoditas sepanjang kuartal pertama hingga kuartal ketiga tahun ini. "Penerimaan pajak dari sektor migas, maupun PNBP pun tumbuh di atas ekspektasi," ujar Ekonom Bank Permata Josua Pardede.

Lantas, Josua menilai, pemerintah perlu kembali mengevaluasi ragam kebijakan fiskalnya di tahun depan. Jika tak cukup efektif, potensi penerimaan negara pun terancam turun seiring dengan tren harga komoditas yang melemah sejak kuartal-IV 2018.

"Stimulus fiskal harus terus didorong karena ekonomi kita masih mengandalkan komoditas. Kalau harga komoditas turun, konsumsi di daerah penghasil, misalnya, akan terpengaruh," tutur Josua.




TERBARU

[X]
×