Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Basuki Tjahaja Purnama mengakui omongannya kerap terlalu pedas. Wakil Gubernur DKI Jakarta mengaku terpaksa tegas menghadapi warga yang sulit diatur.
Menurut Basuki, dia memang kerap bicara dulu, baru berpikir. Namun saat ini, porsinya sudah pas, antara bicara dan berpikir sudah bisa bersamaan.
"Saya akui omongan saya terlalu pedas. Tapi orang yang kenal saya, sekarang saya sudah lebih jinak, dulu lebih pedas," kata Basuki saat bertemu dengan Jacob Oetomo di kantor Kompas, Jumat (10/5).
"(Sekarang) Saya sudah milih kata-kata. Gaya saya emang bikin orang mau mukul aja. Dari (zaman) sekolah, kalau orang ngeliat gaya saya, mau main tabok aja karena nantangin. Kalau dulu saya ngomong dulu baru mikir, kalau sekarang saya pas. Antara ngomong ama mikir sama waktunya."
Pria yang akrab disapa Ahok ini pun menuturkan ketika dirinya bertemu dengan para PKL di pelataran Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat. Saat itu, dia baru menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
"Saya datang, nanya KTP mana, Pandeglang. Maaf saja, enggak bisa. Anak sendiri aja belum kebagian," ujar Basuki.
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengaku dia lebih suka berterus terang ketimbang memberi harapan. Dan itu berbeda dengan politisi saat ini.
"Kelemahan saya, saya ngomong terus terang. Kalau politisi lain, ya nanti ibu, nanti kita coba aturkan, kita sesuaikan, biar enggak ribut sama orang di lapangan. Kalau saya enggak," tuturnya.
"Itu kelemahan saya atau kelebihan saya, saya enggak tahu, hahaa...," ujarnya sambil tertawa.
Dia juga menyebut marahnya dia tidak sampai kesurupan atau marah BESAR. Marahnya, kata dia, ibarat ibu memukul anaknya yang tidak bisa dikasih tahu. Dipecut di paha, namun setelah itu akan diberi obat.
"Tapi orang memanfaatkan luka pecut di paha ini melanggar HAM, gitu loh. Dua sisi yang jadi masalah. Ini mau kita apakan orang seperti ini, ya kita pecut dengan dibina, karena sudah terlalu bebal," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News