kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Dunia: Ketimpangan ekonomi mendesak diatasi


Senin, 21 Juli 2014 / 19:34 WIB
Bank Dunia: Ketimpangan ekonomi mendesak diatasi
ILUSTRASI. Cara mengusir cicak dari rumah


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Ketimpangan ekonomi yang besar menjadi pekerjaan rumah calon presiden Indonesia periode 2015-2019. Apalagi ketimpangan ekonomi juga menjadi isu utama yang dibawa para calon presiden.

Data Bank Dunia menunjukkan, pada 2002 rata-rata konsumsi per orang dari 10% rumah tangga paling kaya adalah 6,6 kali lipat dibanding 10% rumah tangga yang paling miskin. Sedangkan para tahun lalu perbandingan itu telah meningkat menjadi 10,3 kali.

Peningkatan tersebut cukup mengkhawatirkan karena peningkatan ketimpangan mencerminkan keterbatasan akses terhadap kesempatan kerja yang baik. Walhasil, akses pertumbuhan yang meningkat dan pengentasan kemiskinan terbatas.

Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop mengatakan, dari sekitar 83% penduduk Indonesia yang disurvei, 39% menganggap ketimpangan itu sudah mendesak untuk diselesaikan dan 44% menyatakan sudah sangat mendesak.

Bank Dunia melihat ada empat solusi yang bisa dilakukan bagi pemerintahan baru. Pertama, dari sisi distribusi. Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang mengatur pengeluaran. "Misalnya, menghapuskan kebijakan subsidi BBM," ujar Ndiame, Senin (21/7).

Kedua, kesempatan. Meningkatkan akses rumah tangga miskin ke pendidikan serta kesehatan yang berkualitas. Ketiga, mobilitas. Mendukung mobilitas pekerja untuk penciptaan lapangan kerja yang berkualitas. Keempat, jaring pengaman. Memastikan masyarakat yang menerima bantuan adalah tepat sasaran dan memadai. Ini penting untuk menguranti tingkat kemiskinan.

Pemerintah perlu melakukan tindakan terpadu untuk menghambat peningkatan ketimpangan. Selain itu, pemerintah pun perlu menurunkan defisit transaksi berjalan. Bank Dunia menilai pelarangan ekspor mineral mentah yang mulai berlaku pada bulan Januari berdampak signifikan bagi ekspor. Hal ini sejalan pula dengan menurunnya harga komoditas dunia.

Di sisi lain, ekspor manufaktur Indonesia mengalami peningkatan. Capital inflow atawa arus modal masuk pun masih kencang.

Reformasi struktural perlu dilakukan untuk perbaikan ekonomi Indonesia. Keseluruhan tahun 2014 defisit transaksi berjalan Indonesia diperkirakan Bank Dunia lebih baik dari tahun 2013 yaitu 2,9% dari PDB atau sebesar US$ 25,6 miliar. Pada tahun 2015 diperkirakan ada perbaikan yang lebih baik lagi dari pemerintah sehingga defisit bisa turun ke 2,4% dari PDB atau sebesar US$ 23,6 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×