kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.179   1,00   0,01%
  • IDX 7.098   1,24   0,02%
  • KOMPAS100 1.062   -0,62   -0,06%
  • LQ45 835   -0,27   -0,03%
  • ISSI 215   0,10   0,04%
  • IDX30 427   -0,19   -0,04%
  • IDXHIDIV20 515   1,35   0,26%
  • IDX80 121   -0,20   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,20   -0,16%
  • IDXQ30 142   0,12   0,08%

Bank Dunia Ingatkan Stagnasi Tingkat Ketimpangan Ekonomi Indonesia


Senin, 10 Oktober 2022 / 19:55 WIB
Bank Dunia Ingatkan Stagnasi Tingkat Ketimpangan Ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Bank Dunia melihat ada stagnasi tingkat ketimpangan ekonomi di Indonesia sejak Maret 2021


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka kemiskinan Indonesia terus menyusut seiring dengan membaiknya pemulihan ekonomi di dalam negeri. Pada Maret 2022, kemiskinan di Indonesia turun menjadi 9,5%, atau turun 0,6 poin dari Maret 2021.

Peningkatan upaya dalam memperluas cakupan dan implementasi bantuan sosial (bansos) telah membantu mengurangi dampak ekonomi dari Covid-19. Meskipun ada peningkatan bansos, Bank Dunia dalam laporannya bertajuk Poverty & Equity Brief  East Asia & Pacific (2022) menyebutkan, ketimpangan ekonomi telah mengalami stagnasi, dengan indeks gini tetap berada di 37,9 sejak Maret 2021.

Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,384. Angka ini menurun 0,001 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2020 yang sebesar 0,385 dan meningkat 0,003 poin dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2020 yang sebesar 0,381.

Baca Juga: Word Bank Ingatkan Dampak Tidak Langsung Kenaikan Harga BBM ke Kemiskinan

Word Bank menilai, potensi kerugian akibat Covid-19 dapat mempengaruhi ketimpangan dan dapat menyebabkan peningkatan ketimpangan dalam jangka panjang jika tidak dimitigasi. Selain itu, kenaikan harga BBM belum lama ini juga diperkirakan akan meningkatkan inflasi dan akan mempengaruhi mata pencaharian masyarakat di dalam negeri.

Dengan rumah tangga yang hanya menghabiskan sekitar 3% dari konsumsi bahan bakar di seluruh populasi, dampak langsung terhadap kemiskinan akan terbatas, meskipun dampak tidak langsung akibat kenaikan biaya transportasi perlu dipertimbangkan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, kemiskinan di Indonesia diprediksi akan terus mengalami peningkatan seiring dengan adanya inflasi yang terus melambung. Terlebih lagi adanya kenaikan harga pertalite yang juga diprediksi bisa memicu tingkat kemiskinan di Indonesia menyentuh angka 10% sehingga tingkan ketimpangan bisa stagnan.

"Dengan begitu ketimpangan bisa stagnan bahkan meningkat pada kemiskinan di perkotaan, mengingat terjadi banyak PHK di daerah perkotaan akibat pandemi, ditambah sekarang masalah inflasi," ujar Huda kepada Kontan.co.id, Senin (10/10).

Baca Juga: Bank Dunia Ragu Target Penurunan Kemiskinan Ekstrem Global di 2030 Bisa Tercapai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×