Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga bisa memicu perang bunga di perbankan. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mewanti-wanti perang suku bunga di perbankan yang kian nyata.
Terlebih lagi, saat The Fed mengambil langkah yang agresif dalam menaikkan suku bunganya, maka akan diikuti oleh bank sentral di negara-negara lain.
"Perang suku bunga itu tinggal nunggu waktu. Ketika tren suku bunga itu naik, kecenderungannya bank itu berebut likuiditas," ujar Eko dalam acara Indef: Efek Resesi Global Terhadap Ekonomi Politik Indonesia 2023, Selasa (13/12).
Menurutnya, ketika suku bunga naik, masyarakat yang berpenghasilan atas akan mulai terjadi tawar-menawar dengan bank. Eko bilang, ketika bank-bank sentral mengerek suku bunga, maka sektor riilnya yang akan terkena dampak.
"Sektor riil tidak bisa sangat kuat karena bunganya tiba-tiba mahal diikuti dengan situasi yang lain," katanya.
Baca Juga: Perbankan Optimistis DPK Tahun 2023 Akan Tumbuh Imbangi Kenaikan Kredit
Ia menilai, apabila dibandingkan dengan negara lain dalam menaikkan suku bunga, maka Indonesia tidak terlalu cepat dalam mengimbangi kenaikan The Fed. Hal ini lantaran, Bank Indonesia (BI) selama ini masih mementingkan pertumbuhan ekonomi sehingga menahan kenaikan suku bunganya.
"Tapi pada akhirnya BI tidak kuat menahan. Sebab, rupiah semakin melemah, akhirnya pada titit tertentu BI menaikkan bunga," ujar Eko.
BI memang harus menaikkan suku bunga acuannya. Hanya saja kenaikan tersebut tidak disarankan tidak terlalu tinggi.
Selain itu, saat kebijakan tersebut dijalankan, maka diperlukan mesin fiskal untuk melawan agresifitas dari sisi moneter tersebut. Untuk itu, diperlukan berbagai insentif untuk bisa mengkompensasi yang terjadi di dinamika moneter.
Baca Juga: Bankir Yakin Kenaikan DPK Tahun Depan Bisa Imbangi Pertumbuhan Kredit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News