kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bambang Brodjonegoro minta BPPT jadikan substitusi impor jadi tujuan inovasi


Senin, 24 Agustus 2020 / 14:50 WIB
Bambang Brodjonegoro minta BPPT jadikan substitusi impor jadi tujuan inovasi
ILUSTRASI. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Teknologi Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro berjalan usai melakukan pertemuan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (16/6/2020). Pertemuan tersebut membahas mengenai hal terkait pendanaan penelitian riset


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro meminta agar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) fokus menghasilkan inovasi yang bisa mensubstitusi impor.

Hal ini disampaikan Bambang dalam peringatan ulang tahun ke-42 BPPT. Menurutnya, BPPT bisa ikut berperan dalam pengurangan impor, misalnya melalui reverse engineering atau pengembangan produk yang ada.

"Saya minta ke BPPT, marilah kita ubah image substitusi impor yang masih belum 100% menjadi mainstream di Indonesia, menjadi salah satu tujuan dari kita melakukan inovasi. Tidak ada yang salah dengan inovasi untuk substitusi impor, karena itu akan membantu mengurangi defisit, dan yang paling penting mengangkat kemampuan teknologi kita sendiri," ujar Bambang, Senin (24/8).

Baca Juga: Kembangkan vaksin corona sendiri, Jokowi optimistis penelitian rampung tahun 2021

Tak hanya itu, dia juga meminta agar seluruh pihak membantu meyakinkan bahwa substitusi impor pun perlu dikedepankan. Apalagi menurut Bambang, masih banyak beberapa pihak, seperti ekonom, yang masih skeptis terhadap keberhasilan substitusi impor.

Menurutnya, hal tersebut adalah hal yang wajar, mengingat saat di bangku perkuliahan, disebutkan bahwa substitusi impor khususnya dalam infant industry lebih banyak yang gagal dibandingkan export promotion.

"Tentunya itu saya telan bulat-bulat di masa kuliah, saya pikir seharusnya seperti itu. Tapi setelah masuk pemerintah,  tampaknya di teks book itu tidak 100% benar atau tidak 100% bisa diaplikasikan di Indonesia.  Harus ada modifikasi. Dan saya lihat mungkin yang ada di teks book itu cocok untuk size ekonominya kecil. Indonesia nilai ekonominya sudah ekonomi raksasa," terang Bambang.

Baca Juga: Resmi dilantik, ini pekerjaan rumah Ridwan Djamaluddin sebagai Dirjen Minerba

Bambang juga menjelaskan, bila Indonesia masih fokus pada strategi export promotion, maka produk yang akan diekspor Indonesia kebanyakan adalah kelapa sawit, batu bara, hasil tambang dan hasil pertanian.

 "Akhirnya kita kembali ke ekonomi Indonesia di masa lalu, sibuk dengan sumber daya alam. Padahal kita ingin menjadi negara maju, berarti kita harus mengarah ke inovasi, bagian dari inovasi itu adalah substitusi impor," lanjut Bambang.

Dia juga berpendapat, tidak ada yang salah dengan substitusi impor, selama hal ini dilakukan dengan cara yang benar dan tidak dilakukan untuk kepentingan pihak tertentu. Menurutnya, substitusi impor dilakukan untuk kesejahteraan rakyat. Meski begitu, Bambang juga menilai substitusi impor tidak harus dijalankan dengan proteksi dan subsidi yang berlebihan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×