kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor bahan baku industri manufaktur tumbuh, ini kata ekonom Indef


Minggu, 06 Juni 2021 / 11:28 WIB
Impor bahan baku industri manufaktur tumbuh, ini kata ekonom Indef
ILUSTRASI. Impor bahan baku industri manufaktur tumbuh, ini kata ekonom Indef.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Industri manufaktur kembali pulih pada bulan Mei 2021. IHS Markit mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di posisi 55,3 atau naik dari 54,6 pada bulan April 2021.

Meski begitu, Enny Sri Hartati, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), memberi penilaian berbeda. Faktanya Selama ini proporsi industri terbesar Indonesia itu adalah bahan baku dan barang penolong dan barang modal. Menurutnya, industri manufaktur masih tetap mengalami kontraksi.

“Nah ini kan sudah "jaka sembung" dan nmasuk akal. Memang betul impor bahan baku dan barang modal itu sangat besar proporsinya di dalam komposisi impor Indonesia, pertumbuhannya pun sebelum pandemi itu lebih dari 20%. Akan tetapi, pertumbuhan industri manufaktur kita itu hanya di Kisaran 4%,” Ujar Enny kepada Kontan.co.id, Jum’at (4/6).

Meski PMI mencatat industri manufaktur meningkat, sementara Enny menilai industri manufaktur Indonesia masih dalam keadaan minus dan relatif lamban.

Baca Juga: Indeks manufaktur naik, impor bahan baku diramal ikut terkerek

Alasannya, kebanyakan industri manufaktur mengimpor komponen-komponen bahan baku dan penolong, seperti bahan baku otomotif dan tekstil yang hanya tinggal merakit. Inilah yang membuat nilai penciptaanya menjadi rendah.

Selain itu, Menurut Enny, korelasi data-data PMI yang meningkat tajam tidak punya korelasi dengan kinerja industri manufaktur. Titik temu persoalannya karena rata-rata industri-industri manufaktur hanya maklun di tekstil. Jika permintaan order tekstil meningkat, maka akan meningkatkan impor.

"Cuma sekali lagi, di sini impor bahan baku dan penolong itu menjadi sumir karena kinerja industri manufaktur kita tetap saja rendah. Artinya sebenarnya tekanan impor ini pasti akan mengganggu neraca perdagangan, neraca perdagangan yang ujungnya pasti memengaruhi nilai tukar," sambung Enny.

Mengimpor bahan baku memang tidak ada masalah, jika sepenuhnya masuk global supply chain. Enny menambahkan jika hal itu terjadi maka akan menghasilkan ekspor kembali.

Cuma, ada syaratnya. Yakni, kata Enny, pemerintah harus memberikan insentif ekspor. Jika produk ekspor meningkat adalah pencapaian yang bagus agar Indonesia tidak melakukan terlalu banyak impor dari negara lain.

Baca Juga: Pengamat: Industri manufaktur akan meningkat dalam 2-3 bulan ke depan

Melihat fakta di lapangan, menurut Enny, banyak terselip bahan barang konsumsi yang akan menimbulkan efek bahaya.

“Kalau hal itu terjadi akan menimbulkan efek balik dan membunuh industri manufaktur dalam negeri. Faktanya yang diimpor itu ternyata kongkritnya atau realnya itu banyak barang-barang konsumsi, yang akan menjadi ketergantungan” kata Enny.

Sementara itu, Enny meramal sektor usaha yang akan meningkat bahan baku impornya masih di industri tekstil dan otomotif. 

Selanjutnya: Rilis data ekonomi AS di akhir pekan yang positif melemahkan rupiah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×