kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AS Terancam Resesi, Pemerintah Bisa Kesulitan Cari Pembiayaan Defisit APBN 2024


Selasa, 06 Agustus 2024 / 16:35 WIB
AS Terancam Resesi, Pemerintah Bisa Kesulitan Cari Pembiayaan Defisit APBN 2024
ILUSTRASI. Ekonomi Amerika Serikat (AS) terancam resesi. Bila itu terjadi, bisa berdampak ke perekonomian Indonesia.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Ekonomi Amerika Serikat (AS) terancam resesi. Bila itu terjadi, bisa berdampak ke perekonomian Indonesia.

Dengan kondisi tersebut, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, pemerintah akan kesulitan mencari pembiayaan untuk menutup defisit APBN 2024 dan membiayai program-program pemerintahan Prabowo Subianto di 2025.

Pasalnya, kondisi resesi ekonomi AS akan berdampak terhadap minat investor membeli surat utang pemerintah.

"Konsekuensinya adalah pembiayaan program pemerintah di tahun 2025 khususnya dan menutup defisit APBN 2024 dan juga utang jatuh tempo yang 2025 itu akan semakin sulit," ujar Bhima dalam pertemuan kepada awak media secara virtual, Senin (7/6).

Baca Juga: Ekonom DBS Tak Melihat AS Berpotensi Resesi, Melainkan Perlambatan Ekonomi

Memang pemerintah bisa saja menawarkan suku bunga yang lebih tinggi. Namun imbasnya adalah kepada bunga utang pada tahun berikutnya yang akan semakin mahal

"Ini implikasi resesi kepada kesulitan pemerintah mengakses pembiayaan yang murah," katanya.

Seperti yang diketahui, pemerintah memperkirakan defisit APBN 2024 melebar menjadi 2,70% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Tidak hanya itu, ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter AS juga dapat menyebabkan fluktuasi nilai tukar Rupiah dan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

"Kalau ada indikator resesi yang semakin menguat dan ketidakjelasan sikap dari bank sentral Amerika, investor bisa beralih ke aset yang lebih aman seperti emas atau dolar AS," imbuh Bhima.

Kemudian, penurunan permintaan ekspor ke AS juga berpotensi menggerus cadangan devisa. Bhima juga menilai, suku bunga tinggi di AS dapat menghambat arus modal keluar dari pasar surat berharga Indonesia.

"Banyak pelaku usaha kalau suku bunga terus bertahan cukup tinggi atau pemangkasannya hanya 25 basis poin, banyak pelaku usaha yang mengandalkan pinjaman, terutama pinjaman dalam bentuk domestik ini menjadi sangat berat," kata Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×