kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arswendo Atmowiloto dan perjalanan 'Keluarga Cemara'


Jumat, 19 Juli 2019 / 20:17 WIB
Arswendo Atmowiloto dan perjalanan 'Keluarga Cemara'


Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Nama Arswendo Atmowiloto lekat dengan drama Keluarga Cemara. Drama keluarga ini populer di televisi Indonesia pada era 1990 hingga 2000-an awal.

Dikutip dari Harian Kompas, 6 Januari 2019, kisah ini berawal dari buku yang ia tulis sejak tahun 1970-an. Arswendo mengisahkan, saat awal ia menjajakan ide itu menjadi serial, tidak banyak orang yang berminat.

Menurut dia, saat itu, mereka menginginkan cerita dengan genre horor. "Kok enggak ada hantunya? Enggak ada santetnya? Saya bilang Indonesia enggak butuh santet banyak," ujar Arswendo.

Dia memaparkan, Keluarga Cemara mengisahkan tentang nilai kejujuran sebuah keluarga kecil yang hidup jauh dari hiruk pikuk Ibu Kota.

Cerita ini pun mulai digemari dan menjadi favorit khalayak pada waktu itu. Tayangan ini pernah menjadi serial yang selalu dinanti di akhir pekan. Setiap kalimat yang keluar dari sosok Abah dan Emak kepada anak-anaknya selalu terpatri dalam ingatan.

Bahkan, lebih dari dua dekade setelah peluncuran serial pertamanya, banyak orang yang masih mengingat setiap detail cerita hingga lagu temanya. Hal ini lalu membuat rumah produksi Visinema Pictures berniat untuk mengadopsinya menjadi ide cerita film.

Bekerja sama dengan Ideosource dan Kaskus, ketiganya lalu merancang kisah baru yang disesuaikan untuk generasi saat ini.

Ketika kisahnya akan dipinang menjadi film layar lebar, Arswendo menyetujuinya. Bahkan, ia mempersilakan pihak yang terkait untuk membuat latar cerita baru.

Dalam cerita baru ini, kisah Abah, Emak, Euis, dan Ara dikemas dengan latar milenial. Pada film ini, latar keseharian pelakon utama diceritakan berada di lingkungan urban dan kompleks.

Namun, sesuatu terjadi hingga membuat keluarga kecil ini terpaksa menyingkir ke pedesaan. Ketika ditanya mengapa film Keluarga Cemara baru difilmkan setelah lebih dari dua dekade, Arswendo mengatakan, ide dan gagasan yang ada di kisah ini sesuai dengan kondisi sekarang.

"Frame-nya untuk keluarga pada umumnya. Nilai umum dan universal, bahwa terharu bisa berarti air mata bisa berarti senyuman," ucap Arswendo. Kini, sang maestro "Keluarga Cemara" itu telah berpulang. Selamat jalan. (Rosiana Haryanti)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Arswendo Atmowiloto dan Perjalanan "Keluarga Cemara"", 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×