kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.500   45,00   0,27%
  • IDX 6.828   -98,48   -1,42%
  • KOMPAS100 988   -16,47   -1,64%
  • LQ45 764   -13,30   -1,71%
  • ISSI 218   -2,39   -1,08%
  • IDX30 396   -7,05   -1,75%
  • IDXHIDIV20 467   -8,64   -1,82%
  • IDX80 111   -1,85   -1,64%
  • IDXV30 114   -1,16   -1,00%
  • IDXQ30 129   -2,13   -1,62%

Apindo Waspadai Lonjakan Biaya Logistik di Tengah Konflik India-Pakistan


Kamis, 08 Mei 2025 / 19:04 WIB
Apindo Waspadai Lonjakan Biaya Logistik di Tengah Konflik India-Pakistan
ILUSTRASI. Petani mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit seusai panen di Desa Leuhan, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa (18/2/2025). Apindo menyoroti potensi gangguan terhadap ekspor crude palm oil (CPO) nasional seiring memanasnya konflik India dan Pakistan.


Reporter: Muhammad Alief Andri | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyoroti potensi gangguan terhadap ekspor crude palm oil (CPO) nasional seiring memanasnya konflik India dan Pakistan.

Dua negara Asia Selatan itu selama ini menjadi pasar utama bagi ekspor CPO Indonesia, dengan nilai masing-masing mencapai sekitar US$ 4,2 miliar untuk India dan hampir US$ 3 miliar untuk Pakistan.

“Dalam konteks ekspor CPO Indonesia, tentu kami prihatin dengan konflik yang berlangsung saat ini. Permintaan mungkin tetap tinggi karena CPO adalah kebutuhan pokok, tetapi kekhawatiran terbesar kami adalah lonjakan biaya logistik dan asuransi,” kata Didit Ratam, Wakil Ketua Bidang Hubungan Internasional Apindo kepada Kontan, Kamis (8/5).

Baca Juga: Gapki: Ada Potensi Penurunan Ekspor CPO Imbas Perang India-Pakistan

Hingga kini, Apindo belum menerima laporan resmi dari pelaku industri mengenai penurunan permintaan. Namun, indikasi restriksi perdagangan serta naiknya biaya angkut laut dan asuransi mulai terlihat. Kondisi ini bisa berdampak pada margin eksportir dalam beberapa pekan ke depan apabila konflik terus memanas.

Didit menekankan pentingnya peran diplomasi Indonesia untuk membantu meredakan ketegangan, sekaligus menjaga kelancaran arus dagang ke kawasan Asia Selatan. “Banyak jalur diplomatik yang bisa digunakan, baik secara bilateral maupun melalui platform multilateral,” ujarnya.

Secara umum, kinerja perdagangan Indonesia dengan kedua negara selama ini tergolong positif. Surplus dagang Indonesia ke Pakistan hampir mencapai US$ 2,9 miliar, sebagian besar berasal dari ekspor CPO.

Sementara ekspor CPO ke India menyumbang lebih dari US$ 4 miliar dari total ekspor senilai US$ 20 miliar ke negara tersebut.

Baca Juga: Catat Kinerja Positif pada Kuartal I-2025, Laba Bersih PTPN Group Meroket Tajam

“Kalaupun permintaan dari dua negara itu menurun, Indonesia masih punya peluang untuk mengarahkan CPO ke sektor biofuel dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada energi impor,” tutup Didit.

Selanjutnya: Dalam Jangka Menengah-Panjang, Prospek Rupiah Tergantung Arah Kebijakan Ekonomi AS

Menarik Dibaca: Banyak Kendaraan Langgar Perda Pencemaran Udara, Pemprov DKI Perketat Uji Emisi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×