kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.596.000   -9.000   -0,35%
  • USD/IDR 16.805   35,00   0,21%
  • IDX 8.644   106,34   1,25%
  • KOMPAS100 1.196   14,99   1,27%
  • LQ45 852   6,61   0,78%
  • ISSI 309   4,03   1,32%
  • IDX30 439   3,37   0,77%
  • IDXHIDIV20 514   3,08   0,60%
  • IDX80 133   1,39   1,06%
  • IDXV30 139   1,20   0,87%
  • IDXQ30 141   0,87   0,62%

Apindo Sebut Penciptaan Lapangan Kerja 2025-2026 Masih Hadapi Tantangan


Senin, 29 Desember 2025 / 20:35 WIB
Apindo Sebut Penciptaan Lapangan Kerja 2025-2026 Masih Hadapi Tantangan
ILUSTRASI. Dunia usaha memproyeksikan tantangan besar dalam penciptaan lapangan kerja baru pada periode 2025–2026. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dunia usaha memproyeksikan tantangan besar dalam penciptaan lapangan kerja baru pada periode 2025–2026.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai, kondisi pasar tenaga kerja saat ini terjepit di antara daya beli masyarakat yang lesu dan kenaikan biaya operasional yang kian membebani korporasi.

Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo, Bob Azam, mengungkapkan, dari sisi permintaan, konsumsi domestik sebagai motor penggerak ekonomi belum pulih sepenuhnya.

Sementara dari sisi penawaran, pengusaha menghadapi ketidaksinkronan yang tajam antara pertumbuhan upah dan produktivitas tenaga kerja.

Baca Juga: Aksi Buruh: Tuntut Kenaikan Upah Minimum Sektoral dan Provinsi

Bob membeberkan, dalam lima tahun terakhir, produktivitas tenaga kerja Indonesia hanya tumbuh tipis di kisaran 1,5% hingga 2% per tahun. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan kenaikan upah minimum yang berada di rentang 6,5% hingga 10% per tahun.

"Gap ini menciptakan tekanan struktural terhadap unit labor cost, khususnya di sektor padat karya. Hal ini membatasi ruang ekspansi usaha serta penyerapan tenaga kerja baru," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (29/12/2025).

Bob menilai tekanan pada biaya tenaga kerja ini secara otomatis akan memengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan rekrutmen. Tanpa adanya peningkatan produktivitas yang sebanding, biaya produksi akan membengkak dan mengancam daya saing industri nasional.

Oleh karena itu, Apindo memproyeksikan penciptaan lapangan kerja pada 2025–2026 akan sangat bergantung pada efektivitas kebijakan pemerintah dalam menurunkan biaya berusaha (cost of doing business).

Baca Juga: Kadin Soroti Aksi Demo UMP: Stabilitas Investasi Terancam

Efisiensi menjadi harga mati bagi dunia usaha untuk tetap bertahan di tengah tekanan global dan domestik.

Bob menekankan pentingnya penguatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan vokasi, upskilling, dan reskilling untuk menutup celah produktivitas tersebut. Tanpa terobosan di bidang ini, potensi PHK masih tetap membayangi sektor-sektor yang memiliki ketergantungan tinggi pada tenaga kerja manusia.

"Keberhasilan penyerapan tenaga kerja akan sangat bergantung pada keberhasilan pemerintah dan dunia usaha dalam menurunkan biaya berusaha, meningkatkan efisiensi, serta memperkuat produktivitas tenaga kerja," pungkasnya.

Selanjutnya: Kinerja Emiten Properti Melesat Sepanjang 2025, Begini Prospeknya di Tahun 2026

Menarik Dibaca: 4 Cara Merawat Rambut yang Diwarnai agar Awet dan Tetap Sehat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×