kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APBN masih jadi andalan pemerintah menghadapi pelemahan pertumbuhan ekonomi


Rabu, 16 Oktober 2019 / 19:31 WIB
APBN masih jadi andalan pemerintah menghadapi pelemahan pertumbuhan ekonomi
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat petikemas di pelabuhan Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Kamis (22/11). Menurut data Badan Pusat Statistik, ekspor nonmigas Indonesia pada Oktober 2018 terbesar adalah ke Cina senilai US$ 2,17 miliar, disusul


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Dana Moneter Internasional (IMF) menilai tantangan pertumbuhan ekonomi dunia semakin berat. Meski masih tumbuh jauh lebih baik, kelompok emerging markets dan negara berkembang di Asia tak lepas dari bayang-bayang perlambatan ekonomi akibat melesunya ekonomi China. 

Dalam laporan terbarunya, World Economic Outlook (WEO) October 2019, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi kelompok emerging markets dan negara berkembang akan ikut tertekan menjadi hanya 3,9% pada akhir tahun ini. 

Baca Juga: Perusahaan kasino AS jual dua asetnya senilai US$ 5 miliar untuk bayar utang

Sementara, khusus kelompok emerging markets dan negara berkembang di kawasan Asia, IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,9% pada tahun ini, kemudian naik menjadi 6% di tahun 2020. 

IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada level 5% pada 2019. Angka ini tidak berubah dari proyeksi sebelumnya pada Juli lalu dan juga sejalan dengan proyeksi Bank Dunia belum lama ini. 

Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, pemerintah pada dasarnya menyadari tantangan perekonomian yang didominasi oleh faktor global saat ini. 

Mulai dari pertumbuhan ekonomi dunia yang terus dikoreksi ke bawah, perlambatan ekonomi negara-negara mitra dagang utama Indonesia, hingga aktivitas manufaktur di berbagai negara yang masuk dalam zona kontraksi. 

“Jadi bottomline-nya adalah kondisi ekonomi global masih akan sangat volatil ke depan,” tutur Luky saat menghadiri Trade Expo Indonesia 2019, Rabu (16/10). 

Perlambatan ekonomi dunia yang dipicu oleh pelemahan dagang memang turut menyeret Indonesia, namun Luky menilai Indonesia masih memiliki peluang untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan lantaran struktur ekonomi didominasi oleh konsumsi di dalam negeri.

Baca Juga: Wujudkan SPI, BI wajibkan fintech simpan dana menganggur di bank BUKU IV dan SBN

Secara sektoral, porsi perdagangan pada perekonomian Indonesia juga ada di posisi ketiga. Yang utama masih dari sektor manufaktur dan agrikultur. Hal ini menjadi peluang lainnya sehingga pertumbuhan ekonomi tetap dapat digenjot dengan mengarahkan berbagai kebijakan reformasi pada sektor-sektor tersebut. 

Di samping itu, dalam jangka pendek dan menengah di tengah perlambatan ekonomi dunia, Luky mengatakan pemerintah juga memiliki APBN sebagai instrumen untuk mengelola perekonomian.

Saat ini, dan ke depan, pemerintah masih akan melanjutkan kebijakan fiskal yang ekspansif untuk menstimulus aktivitas perekonomian dalam negeri agar tetap tumbuh. 

“Pemerintah dengan APBN bisa melakukan intervensi untuk memberikan stimulus ekonomi agar pick-up lagi atau yang dinamakan  countercyclical fiscal policy. Dampaknya memang defisit akan melebar, tapi dinamika itulah yang terus kita kelola,” ujar Luky. 

Baca Juga: Sokong Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat, bank bjb Perkuat Kolaborasi

Seperti yang diketahui, pemerintah awalnya mematok defisit APBN 2019 sebesar 1,76% terhadap PDB. Namun, pertengahan tahun pemerintah memberi proyeksi defisit akan melebar menjadi 1,93% dari PDB seiring dengan kebijakan belanja yang tetap kuat serta prospek penerimaan yang kemungkinan besar di bawah target.  

Luky menyebut, pemerintah dan otoritas lain memang harus bekerja sama untuk mengelola perekonomian saat ini. Kebijakan fiskal yang lebih ekspansif misalnya, menjadi komplementer kebijakan moneter dari Bank Indonesia yang juga sudah sangat akomodatif.

Hal ini sejalan dengan saran Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath agar otoritas menjaga keseimbangan aktivitas perekonomian untuk mencegah risiko pertumbuhan melambat lebih dalam dengan bauran kebijakan. 

Baca Juga: Mulai besok semua produk makanan dan minuman wajib kantongi label halal

“Kebijakan moneter tidak dapat menjadi pemain tunggal dan harus didampingi oleh dukungan fiskal. Dengan catatan, selama ruang fiskal memang masih ada dan kebijakan fiskal yang ada saat ini belum terlalu ekspansif,” tutur dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×