Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Saat ini, dan ke depan, pemerintah masih akan melanjutkan kebijakan fiskal yang ekspansif untuk menstimulus aktivitas perekonomian dalam negeri agar tetap tumbuh.
“Pemerintah dengan APBN bisa melakukan intervensi untuk memberikan stimulus ekonomi agar pick-up lagi atau yang dinamakan countercyclical fiscal policy. Dampaknya memang defisit akan melebar, tapi dinamika itulah yang terus kita kelola,” ujar Luky.
Baca Juga: Sokong Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat, bank bjb Perkuat Kolaborasi
Seperti yang diketahui, pemerintah awalnya mematok defisit APBN 2019 sebesar 1,76% terhadap PDB. Namun, pertengahan tahun pemerintah memberi proyeksi defisit akan melebar menjadi 1,93% dari PDB seiring dengan kebijakan belanja yang tetap kuat serta prospek penerimaan yang kemungkinan besar di bawah target.
Luky menyebut, pemerintah dan otoritas lain memang harus bekerja sama untuk mengelola perekonomian saat ini. Kebijakan fiskal yang lebih ekspansif misalnya, menjadi komplementer kebijakan moneter dari Bank Indonesia yang juga sudah sangat akomodatif.
Hal ini sejalan dengan saran Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath agar otoritas menjaga keseimbangan aktivitas perekonomian untuk mencegah risiko pertumbuhan melambat lebih dalam dengan bauran kebijakan.
Baca Juga: Mulai besok semua produk makanan dan minuman wajib kantongi label halal
“Kebijakan moneter tidak dapat menjadi pemain tunggal dan harus didampingi oleh dukungan fiskal. Dengan catatan, selama ruang fiskal memang masih ada dan kebijakan fiskal yang ada saat ini belum terlalu ekspansif,” tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News