kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   25.000   1,49%
  • USD/IDR 16.455   30,00   0,18%
  • IDX 6.438   -81,40   -1,25%
  • KOMPAS100 935   -13,95   -1,47%
  • LQ45 731   -6,59   -0,89%
  • ISSI 198   -4,04   -2,00%
  • IDX30 381   -1,74   -0,45%
  • IDXHIDIV20 458   -3,79   -0,82%
  • IDX80 106   -1,31   -1,22%
  • IDXV30 109   -1,41   -1,28%
  • IDXQ30 125   -0,40   -0,32%

Anggaran Makan Bergizi Gratis Turun Jadi Rp 10.000 per Anak, Perlu Subsidi Silang


Rabu, 04 Desember 2024 / 17:50 WIB
Anggaran Makan Bergizi Gratis Turun Jadi Rp 10.000 per Anak, Perlu Subsidi Silang
ILUSTRASI. Anggaran makan bergizi gratis turun menjadi Rp 10.000 per anak dari rencana Rp 15.000 per anak.


Reporter: Whiwid Anjani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Anggaran makan bergizi gratis turun menjadi Rp 10.000 per anak dari rencana Rp 15.000 per anak. 

Ahli Ketahanan dan Keamanan Kesehatan Dicky Budiman mengatakan, program makan bergizi gratis bisa berjalan jika dilakukan prinsip subsidi silang.

“Masalah anggaran yang hanya Rp 10.000, menurut saya ini, perlu dilakukan prinsip subsidi silang, karena ada daerah yang jika anggarannya Rp 10.000 itu tidak bisa,” ujar Dicky pada Kontan.co.id, Rabu (4/12).

Dia menyampaikan, di Eropa program makan bergizi gratis diberlakukan dengan cara subsidi silang, lalu bekerjasama dengan public-private partnership, dan sebagainya agar program bisa menjadi keberlanjutan.

Baca Juga: Anggaran Makan Bergizi Gratis Turun Jadi Rp 10.000 per Orang, Ini Kata Badan Gizi

Dicky mengatakan, makan bergizi gratis merupakan program yang akan sangat besar manfaatnya, maka perlu adanya keberlanjutan dan konsisten agar manfaat dari makan bergizi bisa dirasakan. 

“Manfaat makan bergizi gratis yaitu mengubah pola pemahaman, perilaku hidup bersih sehat, bahwa makanan itu harus sehat dan bergizi untuk memenuhi menu gizi seimbang,” tuturnya.

Dia mencontohkan, dalam porsi makan bergizi gratis harus terpenuhi karbohidrat, protein, sayuran, buah, dan lemah sehat.

“Kalau saya lihat karbohidrat bisa nasi, ubi, jagung mungkin harga di sini Rp 3.000, lalu protein bisa tahu, tempe, atau telur dengan harga Rp 3.000, dan sayuran bisa kangkong, bayam, sawi seharga Rp 2.000, sudah Rp 8.000. Sisa Rp 2.000 harus ada buah. Lemak sehat bisa pakai minyak kelapa ditumisan,” ujar Dicky.

Dicky menambahkan, untuk mengatasi keterbatasan anggaran, caranya bisa dengan menentukan prioritas sasaran untuk makan bergizi gratis, dibagi berdasarnya jangka panjang dan jangka pendek.

Baca Juga: Anggaran Makan Bergizi Gratis Turun Jadi Rp 10.000 per Anak, Prabowo Beri Penjelasan

“Misal dalam jangka pendek, kondisi mendesak dan kritis tentu prioritaskan ibu hamil dan balita usia 0-5 tahun, serta anak sekolah dasar untuk mencegah stunting di masa depan,” ujar Dicky

Untuk jangka panjang perlu diprioritaskan perempuan usia 10 tahun-18 tahun untuk mencegah terjadinya anemia, mengingat perempuan akan menjadi ibu di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×