kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Anggaran Ketahanan Pangan Meningkat, Sektor Pangan Masih Belum Maksimal


Senin, 23 September 2024 / 10:37 WIB
Anggaran Ketahanan Pangan Meningkat, Sektor Pangan Masih Belum Maksimal
ILUSTRASI. Petani menabur pupuk pada tanaman bawang miliknya di lahan pertanian Desa Ranupani, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (12/9/2024). Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengalokasikan Rp12,31 triliun dana desa dari total Rp50,35 triliun untuk pemberian pupuk, bibit tanaman dan penyelenggaraan pelatihan pertanian dengan harapan dapat mendukung sektor ekonomi dan ketahanan pangan di pedesaan. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/Spt.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti peningkatan anggaran di ketahanan pangan yang terus meningkat, tetapi berbanding terbalik dengan kinerja di sektor pangan yang terus menurun. 

Kepala Center of Food, Energy and Sustainable Development, INDEF, Abra Talattov menjabarkan anggaran ketahanan pangan relatif meningkat dengan rata-rata pertumbuhan tahun 2020-2024 mencapai 11,3% per tahun. Tahun ini juga dialokasikan sebesar Rp 114,3 triliun kemudian naik pada tahun depan menjadi Rp 124,4 triliun. 

"Alokasi ini sangat tambun, tapi disisi lain produsi dan kinerja sektor petanian terus menurun," jelas Abra dalam diskusi daring dipantau Senin (23/9). 

Abra mengakui secara infrastruktur fisik pertanian memang sudah banyak perbaikan seperti irigasi dan bendungan. 

Selain itu, berbagai alokasi subsidi termasuk pupuk juga terus mengalami penigkatan, bahkan pada tahun ini juga dialokasikan sebesar 9,5 juta ton. 

Baca Juga: Kementan Sosialisasikan Program Strategis 1 Juta Hektare Sawah di Merauke

"Tapi secara riil ini belum mampu meningkatkan produktivitas pertanian," ungkap Abra. 

Abra mencontohkan tingkat produksi padi misalnya yang kian menyusut, utamanya di dua tahun terakhir pada periode 2023 - 2024. Pada masa itu, produktivitas padi mengalami penurunan mencapai 30,87% atau sebesar 4,243 ha, jika dibandingkan dengan periode 2015 - 2019. 

Di sisi lain, kontribusi sektor petanian terhadap PDB juga hanya mencapai 12,5% pada tahun 2023. Padahal, pertanian merupakan sumber penghasilan utama bagi 48,9% rumah tangga miskin di Indonesia. 

Bahkan, Abra mengatakan pendapatan bersih petani Indonesia cenderung rendah dibawah rata-rata upah minimun regional. 

"Dari Sensus Pertanian, rata-rata pendapatan rumah tangga petani selama setahun sebesar Rp 26,561.080 atau Rp 2.213.423 per bulan," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×