kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.060   76,14   1,09%
  • KOMPAS100 1.056   15,95   1,53%
  • LQ45 830   13,44   1,65%
  • ISSI 214   1,34   0,63%
  • IDX30 424   7,62   1,83%
  • IDXHIDIV20 510   8,45   1,68%
  • IDX80 120   1,83   1,54%
  • IDXV30 125   0,72   0,58%
  • IDXQ30 141   2,32   1,67%

Indef Ungkap Sektor Pangan Jadi Ujung Tombak Pertumbuhan Ekonomi RI


Rabu, 27 Maret 2024 / 06:23 WIB
Indef Ungkap Sektor Pangan Jadi Ujung Tombak Pertumbuhan Ekonomi RI
ILUSTRASI. Sektor pangan dianggap masih menjadi ujung tombak pertumbuhan ekonomi Indonesia


Reporter: Leni Wandira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menyatakan bahwa pengoptimalan sektor pangan menjadi penting untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Untuk itu, Eko tegas agar pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran dapat mengoptimalkan sektor pangan ke depannya.

"Kalau mau ekonomi kita tumbuh lebih baik, salah satu yang didorong adalah pangan,” ujar Eko saat diskusi publik Indef “Dinamika Lebaran dan Arah Ekonomi Prabowo-Gibran” secara daring, Selasa (26/3).

Pasalnya, mustahil jika ekonomi akan tumbuh di atas angka 5 persen jika pemimpin baru hanya melanjutkan program Presiden Jokowi. 

Baca Juga: Meski Ada Momen Ramadan dan Lebaran, Ekonomi Indonesia Sulit Tumbuh di Atas 5%

Kata dia, butuh perbaikan dalam ketahanan pangan untuk meningkatkan daya beli masyarakat yang berujung pada pertumbuhan ekonominya.

"Kalau strateginya hanya melanjutkan, sulit mencapai 6%-7%, karena rekam jejak pemerintahan Jokowi di 5 persen. Kemungkinan sulit kalau bicara dalam konteks realitas hari ini. Tapi, kalau kita bisa memperbaiki dari ketahanan pangan kita ke depan, setidaknya ada perbaikan dari sisi daya beli," ungkapnya.

Dengan kekuatan pangan, seharusnya Indonesia tidak perlu lagi mengkhawatirkan adanya tren negara-negara di dunia melakukan pembatasan atau larangan ekspor bahan pangan berlaku sepanjang 2023. 

"Lalu, dari sisi domestik negara bisa menjaga harga pangan di tengah melonjaknya permintaan dan terbatasnya suplai pada momen tertentu, seperti momen Ramadan dan Idul Fitri," pungkasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan, potensi adanya kanaikan inflasi bulanan yang didorong karena kenaikan harga pangan saat ramadan dan Lebaran 2024. 

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menegaskan bahwa secara historis puncak inflasi selalu terjadi pada saat Ramadan dan Lebaran karena kenaikan beberapa komoditas pangan seperti daging sapi, daging ayam ras dan telur ayam ras. 

"Tiga komoditas ini selalu memberikan andil inflasi 10 terbesar pada saat ramadan, hari raya idul fitri di setiap tahun," kata Amalia beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×